“Wah, kopi Bali Dancer, ya ? Ompung-ompung banget …”
“Buset, buku catetan yang gede-gede gini Ompung-ompung banget, lho…”
“Masih ada, toh, rokok Comodor ? Ompung-ompung banget …”
Istilah “Ompung-ompung banget” yang saya ungkapkan sebetulnya hanya merujuk pada satu Ompung : K.E Panjaitan, Ompung saya sendiri. Ia adalah kumpulan kesan yang kecil-kecil namun kuat terjalin seperti rangkaian manik-manik pada kalung. Ia adalah seorang Gemini dengan berbagai paradoks dan kejutannya.
Ompung saya adalah purnawirawan TNI AD dan Ketua Adat yang keras dan disegani. Di sisi lain, ia adalah laki-laki lembut yang rajin menulis buku harian dan suka bercerita dengan excitement kekanakkan. Tidak ada kenangan yang terlalu spektakuler saat menontonnya duduk di meja kerja sambil menulis buku harian. Ia hanya duduk mencatat sambil sesekali menatap saya dengan mata berbinar, “Ardea, namamu juga Ompung bikin di sini ...”
Pada sore hari, Ompung selalu minum kopi. Saya yang masih anak-anak suka sekali duduk di pangkuannya sambil mengobrol apa saja. Tidak ada obrolan yang terlalu spektakuler untuk diingat, yang saya ingat hanya bau kopi Bali Dancer; satu-satunya hal konsisten penyerta cengkrama kami. Selanjutnya kadang Ompung dan saya berjalan kaki random jauh-jauh membeli rokok Comodor dan es krim. Tidak ada jalan yang terlalu spektakuler untuk diingat, tapi hingga saat ini saya tahu ada perasaan yang sangat saya kenal dan menyamankan dalam berjalan kaki.
Ompung adalah orang yang duduk di sisi peti mati nenek saya; tegak selayaknya seorang tentara dan raja adat, namun sebentar-sebentar kacamatanya mengembun. Dengan suara berwibawa ia berkata pada saya, “Sebentar lagi Ompung sama nenek sama-sama lagi.” Itu adalah kalimat yang cukup spektakuler untuk diingat karena pada tahun berikutnya, menjelang Valentine, ia menyusul nenek. Ompung adalah Gemini dengan dua sisi yang tak bisa saling mengingkari ; ketegaran dan kecengengan dapat hadir pada saat bersamaan.
“De, Bung Hatta itu dulu kepengen banget punya sepatu Bally, gua baca di sini,” kata teman saya yang baru membaca Adriana. Saya tersenyum dan berkata dalam hati, “Sepatu Bally ? Ompung-ompung banget …”
Tahun ini tahu-tahu saya mengingat ulangtahun Ompung ; mendapati jejak-jejak yang ditinggalkannya. Tanpa sadar langkah kanak-kanak saya mengikuti tuntunannya dengan sendirinya.
Sundea
Buat Ompung yang ulangtaunnya tanggal 31 Mei, Dea lupa taunnya … maaf, ya … ;)
*Ompung = kakek/nenek, bahasa Batak
Komentar
Eh, Melanie Ricardo itu siapa ?
Ompungnya Gemini juga bukan ? =p ?
Melanie Ricardo itu (ini kalo gw nggak salah nulis namanya) presenter/ penyiar, yg skrg ikutan main di Studio 1 Trans TV. Kalo nggak salah mah itu. Gw nggak yakin gini ya. Tp adalah pokoknya artis namanya Melanie Ricardo.
kayaknya mata ku pipis baca tulisan mu dan flash back deh segala kejadian
thanks dear..
mata ku pipis.... tapi ada kelegaan juga :)
@ Tante Joyce : Dea juga tau2 sentimentil nulisnya. Kangen Ompung ...
@Kay : Thank's, ya, Kay ...
Udah, nggak usah dipikirin Melanie Ricardo. Ada Melanie Subono kok.
Iya, inget nggak waktu Ompung tau2 nyanyi ? Nadanya fals, artikulasinya nggak jelas, tapi nggak tau kenapa kita tersentuh aja ...
Si Ompung itu emang antik bgt orangnya. Yang kenal kadang dibikin sebel sekaligus sayang sama dia ... hehehe ...
@Rie : Iya, Rie, bisa jadi kita ini kembar sebenernya ...