Karena Kita Mungkin Kenal

-Bandung, Reading Lights, Sabtu 22 Mei 2010-

Peluncuran kumpulan cerpen Karena Kita Tidak Kenal

Apa yang kau ingat dari seorang asing ? Bisa jadi tidak ada sama sekali, atau sesuatu yang sama sekali tidak bisa kau lupakan. Orang asing bisa hadir sebagai kilasan tidak penting dalam keseharianmu, atau sebaliknya, menjadi sangat penting karena misteri yang ditinggalkannya terus lekat dan berusaha kau kuak. 

Orang-orang asing yang hadir dalam kumpulan cerpen Karena Kita Tidak Kenal karya Farida Susanty adalah orang-orang asing yang meninggalkan kesan pada ingatan. Tuhan, anak sendiri yang berganti-ganti karakter, orang asing di pinggir jalan, kereta api, dan sekolah … yang asing dan life in a moment itu kemudian membangun cerita yang pendek-pendek namun intens. 

Lalu sesuatu yang asing dan life in a moment mengisi ruang rutin pertemuan Reading Lights Writer Circle pada hari Sabtu pukul empat sore hari itu. Farida Susanty yang juga salah satu anggota Reading Lights Writer Circle meluncurkan kumpulan cerpennya. Lantai dua Reading Lights penuh sesak. Beberapa di antaranya asing satu sama lain. Semuanya mengenakan topeng hitam baru yang masih asing dengan wajah. Yang tak tahan dengan benda asing itu melepas atau sekedar menggantungnya di atas kepala. 


“Kenapa ‘tidak kenal’ ? Apa filosofinya ?” tanya Ines, salah satu hadirin. “Pertanyaan kamu bikin saya jadi mikir lagi ternyata saya … lupa,” jawab Farida apa adanya. Namun ia kemudian menjelaskan betapa “asing” adalah konsep yang dekat, “Mungkin tanpa sadar karena saya tidak mengenal diri saya sendiri juga,” ungkap mahasiswi psikologi tersebut. Marky Yahya Ali, sutradara film Strangers yang diadaptasi dari buku Farida menambahkan, “Sebenernya ujung-ujungnya kita (orang-orang yang asing satu sama lain) deket banget.” Betul juga. Setiap hari kita bertemu orang asing di jalan, mungkin duduk bersisian berjam-jam dengan orang asing, atau bahkan, seperti Farida, tahu-tahu merasa asing dengan diri sendiri.

Ini Farida sedang menandatangani buku, Tebak wajahnya
Melalui Karena Kita Tidak Kenal, kita diajak kembali memaknai keasingan. Interaksi. Kesan. Teman-teman, jangan-jangan sesuatu yang kita anggap paling asing justru sesuatu yang paling kita kenal ?

Sundea

Komentar