Sejenak kemudian, Si Pengemis tampak mengobrol akrab dengan kru film. Dua jenak kemudian, ia bergabung dengan kru film. Lho ?
Penasaran, Dea mendekati pengemis itu dan bertanya straight to the point, “Eh, kamu tuh bukan pengemis beneran, ya ?”
“Bukan.”
“Terus … kamu salah satu pemain filmnya ?”
“Iya. Kamu kira saya pengemis betulan ? Artinya akting saya sudah meyakinkan.”
TAK JEDES !
Unreg. Iya, namanya Unreg. “U-n-r-e-g ? Nama kamu, kok, bisa gitu, sih ?” tanya Dea. “Nggak tahu. Itu pemberian orangtua saya,” sahut Unreg seadanya. Selanjutnya, mengalir cerita tentang perkenalan Unreg dengan Marky. “Kenalnya dua minggu yang lalu, pas abis Sholat Dzuhur kan salaman, terus jadi kenalan,” cerita Unreg. Lalu pada suatu hari, Unreg menelpon Marky, “Ky, boleh nggak main ke rumah kamu ?” Marky yang sedang sibuk menggarap film malah bertanya kalau-kalau Unreg punya rekomendasi talent untuk filmnya. Unreg pun menawarkan dirinya sendiri. Jadilah lelaki mungil itu bintang di film pendek Marky.
“Terus, sebenernya profesi kamu apa ?” tanya Dea. “Saya bergerak di bisnis kesehatan,” sahut Unreg. JREEENG … jauh, ya ?
Meski begitu, ternyata Unreg adalah bintang berbakat. Buktinya, selama dia berlatih mengemis di Taman Ganesha, beberapa orang menyedekahinya. “Saya dapat dua ribu,” ujar Unreg. Aktingnya pun terlalu “pol” hingga Marky harus mengingatkannya, “Jangan terlalu menghayati, Reg, loosen up, loosen up !”
Dea melirik naskah film yang tergeletak di batu-batu. Just How Far Apart Are We Really Are. Iya. Sebetulnya, seberapa jauh jarak antara yang asing dan yang tak asing ? Antara orang yang satu dengan orang yang lainnya ? Antara kenyataan dengan peran ? Antara satu profesi dengan profesi lainnya ?
Ingin mendapat jawabannya ? Ketik Reg Spasi Pengemis. Eh, bukan, bukan. Ketik Unreg Spasi Basabasi.
Sundea
Komentar
hhhhmmmmmmm,aktingnya bagus ya smp2 dikira pngemis bnran.....
@Widi : Ajaib, dah, orangnya. Seajaib apanya susah diukur.
@ Lia : Dia pengemis di hari Rabu, Li ...