-Angkot Margahayu-Ledeng, Minggu, 10 Januari 2010-
“Mas, angkot ini lewat Riau kan ?”
“Oh, iya. Lewat.”
“Makasih …”
Setelah mendapat informasi dari Mas-mas seangkot sepenanggungan itu, Em dan Dea duduk tenang. Kami percaya ke manapun angkot berputar, akhirnya akan sampai ke Jalan Riau.
“Dari mana, Teh ?” Mas-mas pemberi informasi itu balik bertanya.
“Dari tadi. Saya udah duduk di sini sebelum Mas naik, lho,” sahut Dea.
Em, Dea, Mas-mas itu (sebut saja Mas-mas Satu), dan temannya (sebut saja Mas-mas Dua), tertawa bersama. Tak lama awan hitam di angkasa cair menjadi hujan. Keasingan kami pun cair menjadi obrolan yang mengalir tanpa alur.
“Eh, Mas, mau ngasih hadiah ke orang, nggak ? Saya jualan buku, lho. Buku saya konsepnya hadiah, dikemasnya pake pita dan ada semacem kartu gitu di covernya,” Dea berpromosi.
“Saya jualan jaket. Mau beli ?” sahut Mas-mas Satu
“Hmmm … harganya berapa ?”
“Seratus dua puluh lima ribu.”
“Yah… mahal. Entar, ya, kalo buku saya laku. Buku saya cuma 35 ribu, kok …”
Sementara Dea berdagang, Em sibuk memotret-motret dari kursi artis di angkot. Sayangnya, karena angkot terus ajojing dan pencahayaan kurang memadai, tak ada foto yang betul-betul jelas. Sayang yang lainnya, Dea tidak membawa Salamatahari #2 sebagai contoh produk. Untung saja Dea membawa sticker dan pembatas buku Salamatahari untuk dibagikan.
“Jadi ini dari blog, ya ?” kali ini yang bertanya adalah Mas-mas Dua.
“Betul sekali,” sahut Dea.
“Dari kapan berdirinya ?”
“Saya belum berdiri-berdiri lagi, Mas. Terakhir tadi pas mau masuk ke angkot …”
Mas-mas Dua tertawa sekilas sebelum lalu bertanya lagi, “Terus ini dijual di mana aja ?”
“Itu musti mesen, Mas. Buka aja alamat blognya,” kali itu Em selaku distributor buku yang menjawabkan.
“Ini informasinya kurang lengkap. Kurang menarik. Masa’ pembatas bukunya informasinya begini aja ?” protes Mas-mas Dua.
“Nah, itu dia. Biar bikin penasaran kan, jadi orang buka blognya,” sahut Dea.
Angkot melintasi Black Market, factory outlet dan food court di bilangan Riau. “Kayaknya itu, Em …,” kata Dea. “Oh, iya, De, bener, bener, itu. Kiri-kiriiii …,” seru Em.
“Udah kepikir, sih. Ini saya mau ke rumah cewek saya,” sahut Mas-mas Satu sambil senyum-senyum.
“Nha, pas banget buat dihadiahin ke cewek Mas. Baru-baru ini saya juga ngehadiahin Salamatahari #2 buat Oom-Tante saya yang nikah.”
Angkot berhenti beberapa meter dari Black Market. “Duluan …,” pamit Em dan Dea. Mas-mas Satu dan Dua tersenyum kepada kami.
Perjalanan hari itu seperti bertema. Em dan Dea menuju Black Market dalam ketidaktahuan yang “black”. Di dalam angkot, kami memarketkan Salamatahari # 2 secara “black”. Langit pun tampak “black”. Namun, di tengah ke-black-black-an itu, ada bagian yang tetap cerah. Berkendara angkot Margahayu-Ledeng yang berstrip kuning, Salamatahari # 2 menghantar kecerahan itu.
Sambil berlari-lari menuju pintu Black Market, selintas Dea sempat melirik angkasa.
Dari balik bahu awan hitam, matahari mengintip dengan berkas sinarnya …
Sundea
Mau memesan Salamatahari # 2 ? Bisa, lho,kirim email ke pesan.salamatahari@gmail.com atau hubungi (021) 99213800.
Pssst … siapa tahu suatu waktu nanti kamulah yang tak sengaja bertemu Dea di jalan. Waspadalah !
Komentar
Dea: "Pukul-pukul-pukul! Pukul-nya pak? Pukul-nya bu?".
Silahkan pesan 'Paket Pukul' di Dea..
Paket 1: Pukul - Tendang
Paket 2: Pukul - Tempeleng
Paket 3: Pukul - Sikut
Pukul.. cocok untuk teman bergadang..
@ Ndit : Kamu mau beli Pukul ?
Makasih, ya ...
hahahhahahahha.....
deaaaaaa!!!!!