Titik

“my old friend had died ... : ( …
hope you know I could do the nose thing …”
-status facebook Jacinta, hampir 10 tahun-

Setelah sepanjang hari muram karena cuaca, sebuah berita kelabu di hari Rabu (30/12) seakan memverbalkan kemuraman itu. Abdurahman Wahid alias Gus Dur, mantan Presiden R.I dan tokoh masyarakat yang terkenal kontroversial itu, berpulang di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Titik. Satu hari sebelum tahun 2009 pun membubuhkan titik pada deretan hari-harinya.

Titik adalah simbol kecil yang menentukan. Ia menjadi sekat antar kalimat yang tegas dan pasti namun tak menekan. Secara teknis, ia adalah lambang keberakhiran. Namun di sisi lain, ia adalah penuntun bagi kalimat selanjutnya.

Minggu ini Salamatahari.blogspot hadir dengan penitikkan-penitikkan. Ia diunggah pada tanggal 31 Desember, ketika 2009 menitikkan deretan tanggalnya. Davina sang penyalamatahari berbagi cerita mengenai ujung syaraf gigi, titik akhir yang justru menjadi pangkal keterrasaan. Ada Austin, sepatu Dea yang menitikkan baktinya di Jatinangor. Dan ada pula kematian dalam buku This Stone Was a Person dan wisata ke Taman Pemakaman Umum Menteng Pulo. Mengutip Mr. Edward Magorium dalam Mr.Magorium’s Wonder Emporium, kematian jelas merupakan titik,

When King Lear dies in Act V, do you know what Shakespeare has written? He's written ‘He dies’. That's all, nothing more. No fanfare, no metaphor, no brilliant final words. The culmination of the most influential work of dramatic literature is ‘He dies’.”

Gus Dur. Titik. Lalu seorang gadis kecil melakukan “nose thing” menyambung kebiasaannya.
Dua ribu sembilan. Titik. Lalu dua ribu sepuluh mengurut tanggal melanjutkannya.

Selamat menitik lalu mengalimat lagi.
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,
Sundea

pakpono
Pak Pono, petugas TPU Menteng Pulo

Komentar

Nia Janiar mengatakan…
Gue suka tuh film Mr. Magoruim. Banyak metafor yang bagus dan pesan2 implisitnya juga oke.
Sundea mengatakan…
Iya, Ni, gua juga. Sayang endingnya agak kurang "gong" menurut gua ...