Dwiwarna

“Have you ever noticed, The ? Waktu kering, rumput warnanya malah jadi keemasan, lho. Apalagi kalo kena sinar matahari. Nothing in this world hopelessly dull. ”

sms untuk Theoresia

Rabu 05 Agustus 2009

on my way to Jakarta, gara-gara liat rumput di pinggir tol.

Sepanjang dua minggu yang lalu Dea ngerasa diikutin warna kuning dan emas. Di rumah sakit, di mana-mana ada tong sampah abu-abu yang plastiknya kuning. Cairan infus papa yang katanya nutrisi hati pun warnanya kuning keemasan. Bulan juga emas (meskipun tampak agak kurang disepuh). Rasanya menarik sekali-sekali ngalamin bulan yang bukan putih mutiara.

Yang lucu, mereka selalu berbanding lurus sama sesuatu yang nggak bercahaya. Rumput emas sama kekeringan. Plastik kuning sama tong sampah abu-abu. Nutrisi hati sama masalah pencernaan. Bulan sama langit malem. Dan keberhargaan keluarga sama anggota mereka yang sedang sakit.

Selama nungguin papa di rumah sakit, Dea jadi meratiin orang-orang yang juga ke sana setiap hari. Ada oom-oom yang papanya stroke, ada suami-istri yang entah ibu ato omanya terkapar nggak tau sakit apa, ada tiga perempuan yang tiap hari nengok bapak-bapak yang ada di ruang isolasi, dan ada keluarga Chineese yang selalu bicara pake bahasa Hokian dan kadang cerita sambil nangis-nangis.

Setiap hari ngeliat mereka bikin mereka nggak kerasa asing. Dengan gampangnya juga Dea kebawa seneng dan sedih kalo keluarga mereka ngalamin kemajuan ato kemunduran. Belakangan Dea baru sadar kalo orang-orang lain di rumah sakit itu sebenernya warna emas buat abu-abu Dea, dan Dea warna emas buat abu-abu mereka. Diem-diem keberadaan satu sama lain bikin kami nggak ngerasa sendiri. Diem-diem secara natural perasaan kami bergandeng-gandengan seperti rantai karbon.

Minggu itu agak melelahkan tapi Dea belajar satu hal: Nothing in this world hopelessly poor. Kenapa ? Karena setiap kelabu sebetulnya diwadahin di pinggan emas ^_^

 

tongsampahulikan

Papa udah sehatan. Makasih buat doa dan dukungannya, ya, Teman-teman …

Komentar

Karen mengatakan…
Wishing get well soon to Om Jimmy.
salamatahari mengatakan…
Thank you, ya, Kay ...

Si papa udah lumayanan, kok, terutama setelah diajak ngobrol soal seni rupa sama orang2 yang ngejenguk. Ternyata dia malah tampak hidup, sehat, dan bersemangat kalo ngomongin seni rupa meskipun beurat... hehehe ...