"Kenapa kamu selalu pakai mahkota ke kampus?"
"Soalnya ini impian saya sejak kecil".
Namanya Jayson Pontoan, mahasiswa Integrated Arts Universitas Parahyangan. Dia punya dua mahkota yang dia beli di toko daring. Dea penasaran kenapa dia sering kuliah pakai mahkota, ternyata jawabannya sesederhana itu.
Tapi percakapan selanjutnya nggak terlalu sederhana. Jayson cerita banyak. Meskipun cerita Jayson perlu Dea susun dulu secara runut, ada beberapa bagian penting yang Dea tangkep. Dia anak sulung, masuk sekolah sejak umur 3 taun, dan ada banyak hal yang pengen dia coba tapi nggak boleh. Jayson ngerasa banyak yang ke-skip di masa kecilnya.
Long story short, pilihan pakai mahkota ada hubungannya sama keinginan nebus masa-masa yang ilang itu. Ada drive memperbaiki hal-hal yang dia sesali dan udah kelewat.
"Jadi kayak jalan mundur," kata Jayson.
"Kadang-kadang kan kita memang jalan mundur, apa lagi kalau ada yang ketinggalan di belakang dan perlu diambil dulu," tanggep Dea.
Abis ngobrol sama Jayson, Dea jadi ngerenungin lagi makna "hidup berjalan ke depan".
Mungkin sebetulnya waktu kronoslah yang berjalan ke depan, kitanya sendiri belum tentu. Kadang memori dan refleksi ngebawa kita atret nelusurin masa lalu. Kadang kita harus lompat ngelampauin hari ini lewat keputusan yang kita ambil sekarang. Tujuan bisa jangka panjang, bisa juga jangka pendek. Bisa ke depan, bisa ke belakang dulu, bisa juga melipir.
Dengan cara yang unik, Jayson mundur utk ngambil kembali apa yg ke-skip. Nggak perlu maksain selalu jalan ke depan kalau atret memang perlu.
Sore itu Dea belajar, waktu memang berjalan ke depan, tapi hidup ternyata berjalan aja.
Selamat Hari Keseimbangan
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah.
Komentar