Penghakiman

Di program open studio Integrated Arts Universitas Parahyangan 19-20 Januari 2024 lalu, ada karya yang judulnya agak rumit dan panjang: Performance Co(a)r(t)p(op)se of Distinguiness. Senimannya mahasiswa tingkat satu, namanya Alsthom Ferdansyah Rajasah Zakaria

Di karya tersebut ada tiga performer yang ceritanya korban penghakiman masyarakat. Di hadapan mereka ada beberapa wadah cat yang jadi metafora penghakiman itu. Penonton boleh ngelemparin cat ke performer yang semuanya pakai baju putih.

Waktu tau performance-nya begitu, bukannya ikutan Dea malah mundur ke barisan paling belakang. Dea nggak mau ikutan ngelempar cat karena tau Dea bisa kena cat juga. Ribet aja ngebersihinnya nanti.

Meskipun alesan Dea pindah ke belakang pragmatis aja, sambil ngamatin performance dari jarak jauh, pikiran Dea beringsut ke konteks lain.


Untuk urusan berbeda, Dea sering ngambil pilihan yang kurang lebih sama. Waktu ada keributan atau ada orang yang dihakimin rame-rame, Dea sering milih mundur dari arena nggak ikut nyerang. Bukan karena baik-baik amat, tapi karena tau konsekuensinya: what comes around goes around.

Tapi ketika berdiri dari jarak aman, Dea justru punya kesempatan untuk ngamatin seluruh kejadian secara utuh. Kadang-kadang Dea jadi punya penilaian, diem-diem milih sisi, atau justru paham sudut pandang semua pemain di arena. 

Ketika berdiri di luar arena, jadi judgemental hampir nggak mungkin. Pengamatan bikin kita paham berbagai dimensi dan punya waktu panjang untuk nimbang. Kalaupun ada hal-hal yang bermuara pada penghakiman, simpulannya nggak akan prematur.

Dea balik ke performance yang Dea tonton pekan lalu dan narik benang merahnya. Berdiri berjarak bikin Dea sempet ngamatin penonton, performer, dan interaksinya. Dea jadi kepikir, kalau ditorehin dengan kesadaran artistik, "cat" nggak harus jadi "penghakiman". Dia justru bisa jadi warna yang memperkaya dan motif yang punya makna. Menarik juga. 

Sambil ngedekap jaket dan tetep nonton performance, pikiran-pikiran Dea saling menjalin seperti untunan rambut. Siang itu, pikiran Dea ngambil keputusan untuk nggak ngebuat simpul.

---

Buat Alsthom, salam kenal dan makasih buat karyanya yang memantik pemikiran, ya.



Komentar