[ULASAN] Dunia Lain, Lain Dunia

 

sumber gambar: pinterest

         Ketika aku sedang terkantuk-kantuk sambil bekerja di depan komputer, tiba-tiba tengkukku merinding. Sesuatu yang dingin menyentuhku. Spontan aku menoleh ke belakang untuk memastikan ada makhluk apa di belakangku. 

        “Hai, selamat sore,” sapa makhluk yang hampir selebar telapak tanganku itu. Sebelum aku sempat menjawab apa-apa, dengan kakinya yang hanya satu ia sudah melompat ke meja kerjaku. “Ice Stick mau cerita,” katanya tanpa basa-basi.

  “Ice Stick itu kamu?” Aku mencoba memastikan.

       “Ya siapa lagi?”

       “Kenapa ceritanya harus ke aku?”

  Ice Stick menunjuk layar komputer rumahku dengan ekor matanya, lalu melirik buku harian di mejaku. “Lihat kedua tokoh itu? Mereka sebetulnya terhubung.”

 

          Aku menatap wallpaper komputer di meja kerja. Tampak ilustrasi laki-laki jangkung yang berdiri di tepi pantai sambil memandangi matahari terbenam dan membelakangi layar. Aku lupa siapa yang memilih wallpaper itu, tapi dugaanku gambar tersebut diambil dari adegan film animasi atau panel komik.

       Sementara, di buku harianku terdapat gambar gadis manga jelita. Rambutnya yang biru panjang terurai seperti ditiup angin, senyumnya manis-creamy seperti es krim, dan kakinya jenjang. Ia seperti berusaha menangkap tatapan kita dengan sorot matanya yang bening manja. Beralaskan latar belakang warna-warni abstrak, aku mendapati teks: If only there’s a second chance, we could be like we used to be di buku harianku. Pada wallpaper komputer, aku mendapati teks yang sama tertulis kecil-kecil di sudut kanan atas layar.

    Saat pandanganku kembali kepada Ice Stick yang berada di antara kedua benda itu, Ice Stick seperti mengubah dingin esnya menjadi bunyi strings tipis yang terdengar seperti pesawat merayap meninggalkan hanggar. Ketika alkisah tersampaikan lewat nada, perlahan-lahan suasana menghangat. Kamarku seperti dipasangi filter warmify. Gadis manga di buku harianku, yang awalnya diam dan beku, mencair. Seperti gambar animasi di layar televisi, ia bergerak. Sambil menyibak rambut panjangnya yang meriap ke wajah tertiup angin, ia bersenandung manja

 

Trying hard to show you,

I could just tell you'd fallen in love with me.

But you keep in silent, shutting down.

 

   Bassline yang dinamis bertiup suam seperti angin pantai. Suara strings seperti siap lepas landas, tapi entah jadi atau tidak. Perhatianku teralih kepada si gadis manga yang melompat keluar dari sampul buku harianku. Ia bergerak ke papan kunci komputerku kemudian menari lincah dari satu huruf ke huruf yang lain tanpa menekannya. Tiba-tiba air di laut wallpaper-ku mengalun. Sambil masih tetap membelakangi layar, laki-laki jangkung itu menyahuti:

 

Try to impress, romancing the chase. Did you notice that?

Your moves were just predictable.

I could nearly feel your heartbeat so intense and so real.

 

Aku menyimak keduanya bercakap-cakap lewat duet semanis ice stick vanili berlapis cokelat. Aku mencoba menerka-nerka apa yang terjadi di antara keduanya. Seperti kata Ice Stick, mereka sebetulnya terhubung. Mungkin mereka pernah ada di bingkai yang sama. Entah dalam episode animasi atau komik. Selain berbagi peran pada lakon, mereka pun berbagi ice stick yang menjadi simbol manis-gemas mereka. Aku senyum-senyum sendiri membayangkan kupu-kupu di perut dan arus listrik yang mengalir bulak-balik di antara mereka. Saat mereka bersama, suasana di luar dan di dalam mereka pasti begitu hangat sehingga ice stick di genggaman mereka meleleh lebih cepat. 

sumber gambar: wallpaperbetter

        Namun, kebersamaan mereka tidak abadi. Di ruang kerjaku mereka terpisah oleh ruang-waktu pada ilustrasi yang beku. Si jangkung menjadi gambar diam di wallpaper komputerku, sementara si gadis manga menghiasi sampul buku harianku. Lewat hangat tutur tala yang kudengar, aku tahu mereka kangen berdekatan di bingkai cerita yang sama, mengulang momen berbagi ice stick, dan merasakan manis-gemas yang juga mulai menghangatkan hatiku. Aku lalu mengerti maksud teks di wallpaper dan sampul buku harianku:

 

If only there’s a second chance, we could be like we used to be.           

 

Si jangkung tetap membelakangi layar dan tak beranjak dari wallpaper, sementara si gadis manga sudah berpindah menari-nari di meja kerjaku. Keduanya bersahut-sahutan, menyanyikan reffrain yang sama, namun mengucapkan kalimat yang berbeda. Si jangkung berharap dan menunggu, sementara si gadis manga berusaha mengulang momen yang lalu. Ketika mulai lelah mereka menarik napas sejenak sambil memandangi matahari keemasan yang menyentuh laut di wallpaper.

 

We could be (meant to happen)

Alright (Nothing will changed between us)

Take your time (just start over)

Being True (please open up)

 

Lantas keduanya memberi waktu kepada swastamita. Si jangkung tetap memandanginya sambil membelakangi layar, sementara si gadis manga melompat ke bahuku seakan-akan aku ini karang pantai. Aku membiarkannya sambil menghirup harum sampo vanili yang menguar dari rambutnya. Pandangan kami semua terhisap ke wallpaper komputer yang menampilkan suasana matahari terbenam nan indah dan romantis. Segala harapan, percakapan, serta kenangan si jangkung dan gadis manga lebur di sana. Setelah langit menjadi gelap dan lampu-lampu di sekitar pantai berkedip-kedip memberi cahaya baru, si jangkung dan gadis manga mengulang jantung wacana mereka:

 

If only there’s a second chance we could be like we used to be,

Without us having to repeat the beginning, that never ends.

 

Aku menikmati irama dialog mereka sambil bergoyang-goyang kecil. Pantai mulai ramai. Diiringi lampu warna-warni, orang-orang masuk ke bingkai wallpaper sambil berdansa. Sementara itu, si jangkung dan gadis manga masih bercakap-cakap dari tempat mereka berdiam.

 

(Make me fallin in love again)

(Make me fallin in love again)

(You gotta give it up and show me how to love me baby)

(Make me fallin in love again)

(Make me fallin in love again)

(You gotta give it up and show me)

(That never ends)

 

Tahu-tahu lagu berakhir dengan nada menggantung. Si gadis manga kembali ke sampul buku harianku, sementara si jangkung menjadi sosok tunggal lagi di wallpaper komputer. Kehangatan ruang kerjaku terhisap oleh Ice Stick yang entah sejak kapan sudah berdiri di antara komputer dan buku harianku. Aku bertanya-tanya. Di mana dia selama si jangkung dan gadis manga bercakap-cakap?

Make me fallin in love again, again, again, and again. Selama masih ada again yang terbuka mereka nggak akan berakhir,” kata Ice Stick.

“Apanya, nih, yang nggak berakhir? Penantiannya, usahanya, lagunya, cintanya, atau apa?”

Ice Stick tertawa renyah, serenyah kacang yang tertabur di lapisan cokelatnya. Semua manis, gemas, dan hangat yang baru saja melingkupi ruang kerjaku terpancar dari—kalau boleh kubilang—hantu ice stick itu. Setelah itu pelan-pelan ia memudar. Iya, memudar, bukan mencair.

Aku mengamati setiap sisi ruang kerjaku. Warnanya kembali normal tanpa filter warmify. Gadis manga di buku harianku masih menjadi ilustrasi dengan tatapan manjanya. Wajah si jangkung di wallpaper komputer selamanya menjadi misteri untukku. Aku menggerakkan tetikus untuk masuk ke program microsoft word, mengetik cerita yang kau baca ini.

Rencananya aku akan menulis pengalaman sureal ini dua kali. Di komputer untuk diunggah di blog dan di buku harian dengan bahasa yang lebih personal sehari-hari.

Aku senyum-senyum sendiri. Dialog si jangkung dan gadis manga membawa kembali semua pengalaman jatuh cinta paling manis yang pernah dialami inderaku. Bassline dinamis, pola yang membawa perasaan familier sekaligus suasana baru, membuatku merasa hangat. Ragaku bergerak mengikuti irama, mengucapkan terima kasih kepada kenyamanan yang dihadiahkan Make Me Fallin in Love Again.  

Profil Ice Stick melintas secepat komet di dalam kepalaku. Bagaimana mungkin sesuatu yang bersifat dingin dapat mengantar sesuatu sehangat ini? Apa sesungguhnya inilah pengertian “es lilin”?

 

 

Make Me Fallin in Love Again adalah single terbaru Dhira Bongs yang akan dirilis 23 September 2022. Di karya ini Dhira berduet dengan Gotch, vokalis band asal Jepang, Asian Kungfu Generation. Single ini merupakan sekuel dari karya Dhira sebelumnya, Make Me Fallin in Love. Ikuti @dhirabongs, nantikan kabar selanjutnya, dan nikmati tulisan ini nanti sambil mendengarkan Make Me Fallin in Love Again.

Komentar