Menjelang hari jadi kami yang ke-8, setelah Dea potong rambut, Ikan Paus
dan Dea mencoba selfie. Ternyata hasilnya nggak ada yang bener. Soalnya
Dea suka awkward dan tergoda bikin muka-muka aneh kalau berhadapan sama
kamera. Posisinya juga kayak nggak pas-pas aja.
Nggak taunya
diem-diem mama mertua Dea motret behind the scene selfie kami. Hasilnya
malah lebih bagus dan natural. Jadi, bukan hasil selfie-nya yang Dea
unggah, justru behind the scene-nya.
Abis itu kami dan mama ngobrol soal pernikahan dan makna saling melengkapi. Mama bilang, mama dan papa dua manusia yang berbeda. Apa yang nggak bisa mama lakuin dilengkapin papa dan sebaliknya. Ternyata buat Ikan Paus
dan Dea "melengkapi" artinya nggak persis begitu. Buat kami saling melengkapi adalah bertukar pengaruh. Di beberapa hal Ikan
Paus mulai kedeadeaan, sementara Dea mulai keikanpausikanpausan. Apa yang dulunya nggak dilakuin Ikan Paus jadi dilakuin akibat interaksinya sama Dea. Sebaliknya, karena banyak ngobrol sama Ikan Paus, apa yang dulu-dulu nggak kepikir sama Dea jadi bagian cara berpikir Dea. Kami meluas, terutama dalam hal sudut pandang dan kemampuan merespons.
Ketika nggak nuntut pasangan untuk jadi orang lain, ternyata penyesuaian terjadi dengan sangat natural.
Kalau
dirasa-rasa, perjalanan 8 taun kami yang penuh percakapan dan
ketawa-ketawa nggak susah dan nggak berat. Padahal kalau Dea inget-inget
lagi masing-masing kami udah belajar banyak banget dan sedikit-sedikit
keluar dari zona nyaman masing-masing.
Kami belajar mencintai
apa yang dicintai pasangan. Kalaupun nggak selalu bisa karena kami dua
orang yang berbeda, seenggaknya kami belajar ngehormatin dan nyari di
bagian mana kami bisa kasih support. Ternyata, irisan segala perbedaan kami sederhana banget: nyari cara menyelaraskan langkah.
Taun ke-8 pernikahan kami bersisian dengan peristiwa duka. Di momen ini kami ngerasa diuji sekaligus dikuatkan. Banyak percakapan yang bikin kami ngeliat masa lalu dan masa depan sebagai kesatuan yang bikin kami memahami hari ini.
Ulangtaun pernikahan kami kami rayain dengan sederhana. Sarapan bareng mama mertua dan Bu Gendo, bibi yang ngasuh Ikan Paus dari kecil, dan dibikinin tumpeng biru sama mama dan Bu Gendo. Dea sadar ada begitu banyak berkat dalam perjalanan 8 taun pernikahan ini. Begitu banyak cinta karena kami saling menyeberangi untuk belajar mencintai lebih banyak.
Semoga segala kebaikan yang kami terima bisa kami kembaliin lagi untuk kehidupan supaya semua tetep berputar.
Dea percaya, pada prinsipnya keseimbangan alami sifatnya siklikal. Ketika nggak terlalu banyak ngelawan hal-hal yang terjadi secara natural, nggak ada kebaikan hidup yang tersia-sia.
Selamat taun ke-8, Ikan Paus...
Komentar