Voltus V: Chichi Wo Motomete

Waktu “Voltus V” sedang jaya-jayanya, Dea masih kecil banget, sekolah aja belom. Tapi nggak tau kenapa serial ini bener-bener berkesan. Dea hafal nama lima jagoan “Voltus V” dan pemimpin musuh mereka. Lagu temanya pun Dea inget persis. Bahkan ada beberapa adegan yang kerekam di memori sampai hari ini, meskipun dulu Dea masih terlalu kecil untuk paham alur ceritanya.

Premis sederhananya, “Voltus V” bertugas ngelindungin bumi dari invasi Planet Boazan. Ada pola yang berulang di setiap episode. Selalu ada musuh baru yang kuat, terjadi adegan epik ketika kelima pesawat Voltus bersatu jadi sebuah robot besar, udah gitu puncaknya, Voltus selalu motong musuhnya kayak motong kue ulangtaun pake Tenkuken, sword of heaven. Ada api-api ngebentuk huruf “V” sebelum si musuh akhirnya meledak.

Untuk anak sekecil Dea waktu itu, Voltus seru karena adegan-adegan epiknya. Pola yang berulang dan sama persis juga menyenangkan untuk anak-anak, mirip konsep “Telletubies”. Siapa musuh dan siapa jagoan juga dikasih liat secara gamblang. Jadi waktu kecil Dea tau sama siapa Dea perlu “berpihak”.

Tapi setelah nonton  “Voltus V” di usia senja, Dea sadar kalau Voltus ini serial yang berlapis. Di balik adegan-adegan epik berpola kesukaan anak-anak, ada masalah sosial-politik dan sejarah gelap Planet Boazan yang kalau mau dikaji cukup jauh, bisa banget, bahkan lebih jauh daripada apa yang bakal Dea tulis di artikel ini. 

 

Boazanian Rhapsody, 9Gag


Pada Mulanya adalah… 

Ceritanya, di alam semesta ini, tepatnya di area klaster Scorpio, ada planet mirip Saturnus tapi cincinnya dua. Namanya Planet Boazan. Di sana makhluk-makhluknya mirip manusia. Mereka yang bertanduk berstatus bangsawan, sementara yang nggak bertanduk harus terima nasib sebagai budak.

Pada suatu masa, lahirlah putera mahkota Boazan yang nggak bertanduk. Hampir aja sang putera mahkota dibunuh bapaknya sendiri karena dianggep bawa kutukan. Tapi, karena dicegah ibunya, sang pangeran—namanya La Gour—bisa tetep idup. Kendati begitu, La Gour harus pake tanduk palsu supaya nggak jadi masalah di kalangan aristokrat.


Memberstripod

Ternyata pangeran ini memang “bawa kutukan” untuk kaum bangsawan. Begitu tumbuh dewasa, dia punya cita-cita ngehapusin perbudakan, ngegulingin tirani. Dia berprestasi secara akademik dan jadi bangsawan pertama yang punya kesadaran revolusi. Istrinya, Lozaria, perempuan darah biru yang tau kalau suaminya nggak bertanduk, nggak masalah sama itu. Buat Lozaria, dengan ataupun tanpa tanduk, La Gour tetep sosok yang dia hargai dan kagumin.

Masalah baru terjadi ketika Zu Zambajil, salah satu kerabat kerajaan, tau identitas rahasia sang pangeran. Ketika sang pangeran mau dinobatin jadi raja, Zu Zambajil ngebongkar semuanya. Singkat cerita sang pangeran akhirnya dilempar ke tengah para budak. Tapi justru di sanalah La Gour bisa ngumpulin power dan ngerencanain pemberontakan secara nyata.

memberstripod

Planet Boazan kacau balau karena pemberontakan rakyat. Tapi ternyata rakyat nggak punya cukup kekuatan untuk ngelawan militer Boazan. Mereka kalah. Salah satu rekan seperjuangan La Gour ngorbanin diri supaya La Gour bisa kabur naik piring terbang, keluar dari Boazan.

Sementara itu Lozaria, istri La Gour, meninggal setelah ngelahirin anak pertama mereka. Sang pangeran ninggalin Planet Boazan dengan kesedihan mendalam dan upaya revolusi yang gagal. 

Voltus V 

Terdamparlah La Gour di bumi, diselametin sama profesor cantik bernama Mitsuyo, dan punya nama baru: Kentaro Go. Kentaro Go ngelanjutin misinya bersama Profesor Mitsuyo yang kemudian jadi istrinya. Mereka dibantu sama Profesor Hamaguchi, bangsawan Boazan yang matahin tanduknya sebagai lambang dukungan untuk kesetaraan dan seorang jendral di bumi yang namanya Jendral Oka.

Tim ini ngebangun markas pertahanan yang disebut “Big Falcon”. Mereka ngerancang robot yang didesain khusus untuk ngelawan kekuatan militer Boazan: Voltus. Kentaro Go tau suatu saat nanti penguasa Planet Boazan yang imperialis bakal ngelakuin invasi ke bumi juga.

Ketiga anak Kentaro dan Mitsuyo Go: Kennichi Go, Daijiro Go, dan Hiyoshi Go, anak perempuan Jendral Oka: Megumi Oka, dan seorang anak yatim piatu: Ippei Mine, disiapin untuk jadi pengendali Voltus. Sementara itu, Kentaro Go sendiri kembali ke Planet Boazan untuk ngelanjutin misinya, ngebangun kekuatan rakyat (parah juga ni bapak-bapak. Anaknya ditinggal melulu).

Dea nggak akan cerita lebih banyak tentang Voltus, karena sebenernya fokus kita justru tokoh antagonisnya. Pengantar yang gondrong ini penting untuk paham latar belakang si tokoh antagonis yang antago-nice. 

 

Pangeran Heinell 

Waktu kecil Dea ngeliat Pangeran Heinell sebagai musuh Voltus. Udah. Sesederhana itu. Tapi Dea inget, kadang-kadang dia kayak lebih di-highlight ketimbang Voltusnya sendiri. Bahkan dia jadi cover kaset OST Voltus.  Kenapa bukan Voltusnya coba?

Kaset Voltus, Bukalapak

 

Dea nggak inget apa aja isi kasetnya. Tapi ada satu gambar yang cukup ngebekas di memori Dea, anak laki-laki kecil bertanduk yang dilemparin batu. Dea sempet nanya ke kakak sepupu Dea yang waktu itu udah kelas 4 SD dan udah ngerti cerita.

“Kak, itu siapa?”

“Itu Heinnel waktu kecil.”

“Kenapa dia?”

Si Kakak waktu itu ngasih penjelasan panjang lebar, tapi karena masih kekecilan, kayaknya Dea belum mudeng. Setelah nonton ulang Voltus beberapa waktu lalu, barulah Dea paham urusannya.

Sejak ibunya meninggal dan bapaknya ninggalin Boazan, Pangeran Heinell diasuh sama kakek dan neneknya yang ngeliat Heinell sebagai harapan untuk ngelanjutin dinasti. Tapi trah kerajaan Boazan diambil alih sama Zu Zambajil. Di masa kekuasaannya, Zu Zambajil adalah penentu sudut pandang sejarah. Masyarakat ngenal La Gour sebagai pengkhianat bangsa yang mau ngancurin Boazan. Sejak anak-anak, Pangeran Heinell “ketiban warisan” stigma ini. Setiap Heinell muncul di depan umum, masyarakat ngelampiasin kebenciannya ke “sang pengkhianat” lewat Heinell. Heinell dimaki-maki, dilemparin batu, dipukulin, dan nggak punya temen.

memberstripod.com

Sejak kecil Heinell yang cerdas seperti bapaknya cukup kritis. Dia pernah nanya kira-kira gini, “Kalau bokap gue pengkhianat, kenapa gue juga harus disebuat pengkhianat cuma karena gue anaknya?” Masuk akal kan pertanyaannya?

Karena kakek dan nenek Heinell nggak bisa ngasih Heinell perlindungan yang cukup dari sitiuasi ini, mekanisme bertahan Heinell adalah mengeraskan diri. Di “Voltus V” diceritain kalau Heinell dari kecil nggak pernah nangis. Dia adalah sosok yang dingin dan sepi.

memberstripod.com
 

Sebagai kompensasi atas stigma “pengkhianat” yang melekat di identitasnya, Heinell tumbuh sebagai pemuda nasionalis yang ngebaktiin seluruh idupnya untuk Boazan. Di bidang militer prestasinya bagus. Dia juga nggak nolak waktu Zu Zambajil nempatin dia di markas Boazan yang dibangun di bumi, nyuruh Heinell berdiri di garda depan untuk ngelawan Voltus V. Zu Zambajil sengaja supaya kalau ada apa-apa Heinell mati duluan.  Artinya, ada kans memunahkan dinasti kerajaan sebelumnya dan Zu Zambajil bisa berkuasa tanpa bayang-bayang opoisisi.

Buat Heinell sendiri, penempatan itu adalah pengabdian tanpa batas yang dia laksanain dengan penuh kesungguhan.

Selama sekian episode, Heinell tampak seperti penjahat-penjahat pada umumnya. Tapi di bagian akhir, waktu “sejarah” mulai kebuka sedikit-sedikit, emosi Heinell keliatan semakin intens. Apa lagi waktu Boazan mulai kacau balau, pemberontakan rakyat bangkit kembali, dan Heinell musti berhadapan dengan isu-isu kesetiaan. Ada anggota tim yang ngekhiantain Heinell untuk cari selamat, tapi ada juga yang justru rela mati demi ngejaga rahasia Heinell.

Di episode terakhir, kualitas Heinell sebagai manusia (bisa kita sebut manusia nggak ya kalau dia alien planet Boazan?)  betul-betul tumpah. Dia nangis berderai-derai waktu Jangal, salah satu anggota pasukannya, milih harakiri dibanding ngebuka rahasia persembunyian Heinell. Untuk pertama (dan terakhir) kalinya juga Heinell nunjukin perhatiannya ke Katherine, cewek yang diem-diem naksir dia abis-abisan dan rela mati untuk Heinell.

Puncaknya adalah pertarungan Heinell dan Kennichi. Meskipun Boazan udah jelas-jelas kalah dan dinasti runtuh, Heinell tetep berusaha ngebunuh Voltus, at least Kennichi, pemipinnya. Ada percakapan yang menarik antara Kennichi dan Heinell. Kira-kira gini:

“Udahlah, Nel, Boazan udah kalah, nggak ada yang perlu diperjuangin lagi, nyeralah.”

“Gua berdiri sendiri, bertarung untuk orang-orang yang udah berjuang untuk Boazan!”

“Mereka bukan berjuang untuk Boazan. Mereka berjuang untuk kekuatan dan keserakahan mereka sendiri!”

Heinell nggak ngasih argumen, tapi tetep berusaha keras ngehajar Kennichi. Hal yang Kennichi nggak tau, Heinell bukan bicara tentang orang lain, tapi tentang dirinya sendiri. Upaya-upaya yang udah nggak logis lagi itu dilakuin Heinell untuk ngapus noda stigma “anak pengkhianat” yang ngehantuin dirinya. Meskipun nggak sengaja, mungkin apa yang Kennichi bilang rada spot-on juga ke Heinell. Kesetiaan dan perjuangan Heinell bukan untuk Boazan, tapi untuk meng-counter ketidaksanggupannya berdamai dengan dirinya sendiri. Dirinya sendiri.

MegaNerd.id
 

Gimanapun juga, keterampilan Heinell di dunia militer dan bela diri nggak bohong-bohongan. Kennichi yang nggak sejago Heinell kalah. Tapi…ketika Heinell mau ngebunuh Kennichi pakai piso warisan mamahnya...ketauanlah kalau Heinell dan Kennichi ini saudara seayah. Piso yang dipake Heinell memang dititipin Kentaro Go--ketika namanya masih La Gour--ke Lozaria untuk dikasih ke anak mereka. Harapannya, suatu saat nanti, sejauh apapun udah terpisah, La Gour bisa ngenalin anak mereka lewat piso itu.

Heinell goncang. Dia yang dari kecil udah harus struggling sendiri dan ngelupain konsep keluarga yang ngasih rasa aman untuk bertumbuh, tiba-tiba berhadapan sama ayah dan adik-adik yang siap ngasih dia tempat pulang.

Tapi kesendirian yang udah lebih dulu ngasuh Heinell dan kesetiaannya ke Boazan yang nggak sungguh dia pahamin akarnya, adalah “orangtua” Heinell yang sesungguhnya.

Di tengah segala kebimbangan yang terjadi, piso warisan Lozaria dan La Gour akhirnya justru dipake Heinnel untuk ngebunuh Zambajil. Heinell akhirnya ngerti apa yang sebenernya diperjuangin ayahnya.

Di salah satu adegan, insting Heinell sebagai kakak, sebagai anak, sebagai anggota keluarga, sebagai seseorang yang merindukan koneksi hangat antar manusia (?), terbit. Dia ngelindungin Kennichi dari ledakan yang hampir ngebunuh Kennichi. Tapi waktu Kennichi, Daijiro, dan Hiyoshi berulang-ulang manggil dia “kakak” dan ayahnya manggil dia “Nak”, sadarlah Heinell kalau dia udah ngelanggar janji setianya sama Boazan. Bahwa dia adalah pengkhianat. Label yang dia takutin sepanjang idupnya.

Seperti Sita di lakon “Rama-Sita”, Heinell pernah janji ngebakar diri kalau nggak setia dan nggak berjuang sampai akhir untuk Boazan. Karena udah berbalik ngedukung revolusi, Heinell tau keputusan apa yang harus dia ambil. Meskipun adik-adiknya terus manggil-manggil, Heinell bergeming. Tapi begitu ayahnya bilang “Heinell. Anakku”, mata Heinell berkaca-kaca. Dia ngomong—lebih kayak ke dirinya sendiri—“Ayah. Ayah aku,” abis itu ngebiarin segala kerumitannya angus dimakan api bersama nyawanya.

cutewallpaper
 

Sedih dan gelap banget, ya? Dan karakter ini ada di suatu serial yang dulu disebut sebagai serial anak-anak. Tapi waktu kecil Dea nggak ngeliat Heinell segitunya. Dea bahkan punya tafsiran ngawur sendiri tentang adegan ngebiarin diri kebakar itu, tapi lupa apa. Dea rasa anak-anak lain juga. Buat kami Heinell adalah pemimpin musuh Voltus yang akhirnya kalah. Voltus sendiri adalah pembela kebenaran yang akhirnya menang. Lucunya, dipahamin ataupun enggak, Heinell punya kesan di memori penonton, termasuk di memori Dea, pemirsa setia yang waktu itu sekolah aja belum.

OST “Voltus V” favorit Dea adalah lagu penutupnya yang nyaman sekali. Judulnya “Chichi Wo Motomete” yang artinya “Mencari Ayah”. Dea sadar lagu ini ternyata nggak cuma tentang Kennichi, Daijiro, dan Hiyoshi, tapi juga Heinell. “Ayah” adalah titik tumpu segala hal di 40 episode “Voltus V” (yang sebenernya direncanain sampai 53 episode malah). Ayah adalah sosok yang memisahkan sang jagoan dan musuhnya, tapi akhirnya juga membuat mereka kembali tertaut.


Waktu nyari terjemahan liriknya, bahkan Dea rasa liriknya lebih pas untuk Heinell. Dea kasih bahasa Inggrisnya ya: 

 

There will be a tomorrow,
when even this little bird that turned from his parents, can someday return to their kind bosom, right?
Yet why can't I even meet father's shadow?
Am I going to cry?  No way, I'm a man.
I believe, I believe in that day, the day I embrace my father in my arms.

 

"Am I going to cry? No way, I’m a man”. Ditekenin di cerita, sejak kecil Heinell ini anak yang nggak pernah nangis ngadepin apapun, termasuk stigma dan perundungan dari makhluk satu planet. SATU PLANET, bayangin. Bukan karena bocah kecil itu betul-betul cuek, tapi karena dia memang harus kuat sendirian aja kalau mau bertahan idup.

Di usia sesenja ini, Dea baru ngerti kompleksitas Heinell. Betapa upaya untuk mengikuti dan menghapus jejak ayah jadi dilema yang nggak pernah betul-betul tercerna sama Pangeran Heinell kita sampai akhir hayatnya.

Udah sih. Begitu aja. Buat temen-temen yang belum kejamanan nonton “Voltus V”, jangan sedih. Katanya “Voltus V” mau ada remake-nya, “Voltus V Legacy”, tapi yang bikin Filipin, bukan Jepang. Konon di Jepang “Voltus V” ini malah kurang populer, hitsnya justru di Asia Tenggara.

Filipin sendiri bersemangat bikin  “Voltus V Legacy” karena “Voltus V” sempet dilarang beredar di sana. Kartun itu dianggep terlalu banyak adegan kekerasannya.

Well, iya sih. Serial ini isinya kerusuhan-kerusuhan, orang teriak-teriak histeris, tokoh-tokoh yang gelap, bahkan ibunya Kennichi, Daijiro, dan Hiyoshi meninggalnya kamikaze.  Dan yang jadi puncak segala kekerasan adalah adegan rutin Voltus potong kue ulangtaun tanpa lagu “Happy Birthday to You” tapi pake kata:

“TENKUUUUKEN!”

Hmm. Ngomong-ngomong soal larangan di Filipina, bukannya di masa-masa Voltus jaya—waktu Ferdinand Marcos berkuasa—pemerintahan tirani di Filipina sebenernya agak mirip Boazan ya? 

Btw,  teaser “Voltus V Legacy” bisa diliat di sini, ya, Temen-temen, seru keliatannya

 

Komentar

Adi mengatakan…

bagus dan menikmati baget ngebaca tulisan mbak, bikin kembali bernostalgia ke hampir 40 tahun yang lalu..

Sama dengan mba Dea, diantara film-film anak yang menemani disaat kecil, film inlah yang paling berkesan bahkan sampai menjelang tua gini..

Saya juga saat nonton pertama kali masih belum sekolah jd belum ngerti permasalahan sebnarnya, tapi karena saat itu saya punya kasetnya (hasil bajakan bapakku ^_^), jadi cukup sering dinonton berulang-ulang hingga akhirnya sedikit mengerti (karena saya nya udah makin gede)

Dan lagu ending-nya... walaupun dulu ga ngerti artinya tapi musiknya kaya ngena banget..
Saat sekarang udah ngerti artinya (karna mbah google), jd makin ngena karena bikin teringat kenangan bersama almarhum bapak...

terima kasih ya ^_^
salamatahari mengatakan…
Makasih udah mampir di sini, Adi...

Iya, memang lagu yang terakhir itu enak banget. Pasti buat kamu bener-bener ngena karena almarhum bapak juga yang bikin kamu punya kasetnya dan nonton ulang, ya...

Salam kenal...
Anonim mengatakan…
Mirip2 dengan cerita Megaloman, ya ?
Takashi dan kapten Daggar ternyata saudara kandung yang terpisah 😄