Vista

Setelah Sintas dan Adaptasi, Dea sempet mutusin utk nggak miara ulet kupu lagi. Ikan Paus setuju. Dea khawatir ruang pelihara yang sempit dan nggak natural justru rentan untuk perkembangan sayap para kupu. Alam mungkin lebih "buas". Tapi kami percaya, seenggaknya alam bijaksana.

Sampai pada suatu hari, ada dua ulet kecil yang tinggal di taneman pendek depan dapur kami. Hanafi dan Hanifa--semacem Adam dan Hawa versi kadal yang idup di taman kami--tampak ngincer mereka. Besoknya, salah satu dari mereka ilang. Ikan Paus dan Dea hampir yakin dia disantap Hanafi atau Hanifa.

"Ini kita pelihara aja apa?" tanya Ikan Paus yang khawatir ngeliat si ulet kecil yang tampak penakut.
Awalnya Dea ragu. Tapi akhirnya Dea setuju. Si ulet kecil tinggal di terarium kami dan kami kasih makan setiap hari.

Setelah mengepompong kurang lebih dua minggu, pada suatu pagi, 12 Desember 2020, lahirlah dia sebagai seekor kupu jeruk. Dia Dea kasih nama Vista. Setelah ngeringin sayap, dia memang sempet jatoh. Tapi pas kami cek, sayapnya kuat dan sempurna. Jadi seperti biasa kami taro dia di stand mikrofon sampai dia siap utk terbang.

 


 

Vista kupu-kupu yang unik. Kalau kupu-kupu lain excited nyambut angin, dia malah takut. Di dalem rumah kadang-kadang dia nyoba terbang. Tapi begitu dibawa keluar dan ketemu angin beneran, dia langsung berpengangan erat-erat ke apapun, nggak mau ke mana-mana.

Ketika ngeliat cara dia ngerespons alam, Dea mungkin ngerti cara berpikirnya. Vista ini agak control freak. Dia nggak nyaman kalau nggak bisa ngontrol penuh tubuh dan sayapnya. Makanya, setiap angin dateng dan ngeganggu "kontrol"-nya, Vista milih nyari tempat bertengger dan diem di situ sampai yakin semua terkendali lagi.

Ngeliat sifat Vista, Ikan Paus dan Dea mutusin untuk ngelatih dia sedikit-sedikit. Vista ngerasa aman bertengger di jari kami. Tapi pelan-pelan kami kasih dia pengalaman ngadepin angin yg masih terkendali, kami kenalin sama kupu-kupu lain yang main ke taman kami, dan kami ajarin dia makan bunga sesuai naturnya.

Vista belajar sedikit-sedikit. Mulai dari lompat dari satu bunga ke bunga lain, terbang makin panjang, berani bertengger sendiri di tempat tinggi, sampai akhirnya ninggalin taman kami. Ini nggak sempet ke-shoot karena kami pas nggak pegang kamera, tapi kami seneng berhasil nuntun Vista nyongsong naturnya.

Angin memang bikin Vista lebih susah ngontrol sayapnya. Tapi nggak segala sesuatu harus dikontrol. Kalau Vista percaya, angin kadang ngebantu dia terbang lebih jauh dan tinggi, bahkan ngistirahatin dia dari effort utk selalu mengendalikan.

Dea baru sadar. Di masa pandemi ini, mungkin banyak "angin" yang bikin kita susah "ngendaliin sayap".

Dea jadi nanya ke diri Dea sendiri. Gimana selama ini Dea ngerespon?

Kalau kamu gimana...?

 

 Musik:  "Rose Petals" dari Video Editornya.

Komentar