Repelita




 Bandung, 2015

Diiringi musik meriah, di hari ulangtahunku, makhluk itu tiba-tiba muncul. Kepalanya seperti televisi tabung dan tiba-tiba menyala begitu aku membelalakkan mata karena shock. Di layarnya tertulis: 

Laporan Khusus: Mau tahu rahasia-rahasia 5 tahun ke depan? 

“Buat apa?” tanyaku.

Makhluk itu lantas menjawab: 

Repelita tujuane, masyarakat adil makmuwwuur...


Tanpa menunggu jawabanku, seperti siaran berita, ia menampilkan cuplikan reportase dengan tanggal dan keterangan. Ada aku di beberapa reportase itu. Ada beberapa orang yang aku kenal. Ada kegagalan dan keberhasilan. Ada kelahiran dan ada juga kematian. Perasaanku tidak menentu, tetapi makhluk aneh ini tetap saja menayangkan berbagai peristiwa bertubi-tubi.

“Stop!” potongku. “Kamu itu siapa, sih sebetulnya?”
“Aku Hantu Orde Baru. Namaku Hard to.”
“Hah? Mantan Presidenku?”
“Bukan. Hard—H-A-R-D to. Maksudnya, it’s hard, to, menghadapi masa depan yang kamu ndak tahu? Lha makanya, ini tak bukaken rahasia hidup untuk kamu, supaya tidak ada kesedihan dan penyesalan. Supaya kamu bisa menghadapi hal-hal terbaik dengan persiapan. Yang kamu perlukan adalah REPELITA. Rencana Pembangunan Lima Tahun.”

Aku terdiam. Makhluk berkepala televisi itu menyala lagi. Tapi ketika aku membelalakkan mata karena sudah tidak mau menonton apa-apa, layar mendadak buram dan muncul tulisan: 

Maaf. Kerusakan bukan pada pesawat televisi Anda 

“Aku nggak mau tahu masa depan,” ujarku.
“Tahun depan sahabatmu meninggal. Kamu bakal menyesal karena ndak tahu dia masuk rumah sakit.”

Kembali aku terdiam. Informasi itu membuat aku melihat hidup dengan cara yang tidak sama. Tetapi apakah tahu terlalu banyak lebih awal memang lebih baik? Aku tidak yakin.
“Aku nggak butuh Repelita, Hard-to. Aku cuma butuh cahaya pelita,” sahutku.

Aku tidak butuh tahu terlalu banyak tentang masa depan. Aku cuma butuh nyala kecil yang menerangi selangkah-selangkah.

“Yow wis, tak hapus ingetanmu tentang filem-filem tadi…” kata Hard-to.

Diiriingi musik yang meriah, Hard-to tiba-tiba menjadi kilat.

Aku merasa seperti antena televisi yang tersambar petir.



Foto perangko di cover soundcloud diambil dari bukalapak.com 
Lagu yang ngelengkapin pembacaan cerita judulnya "Tarling Repelita"- Dangdut Nirmala.  
Cswritersclub 30 April 2020, dengan host Gita, mengangkat tema yang sebetulnya cukup sentimentil.
Kalau kita bisa kembali ke lima tahun ke belakang, dengan pengetahuan seperti yang kita punya sekarang ini, bagaimana jadinya?
Kalau punya kesempatan begitu, Temen-temen bakal bikin tulisan apa? Boleh cerita lho ^^

Komentar