“Selamat datang di aplikasi SKRPM versi 3.2,” sapa AI di hadapan saya dengan suara mirip mbak-mbak I*******t. Ceria-ceria artifisial karena AI adalah singkatan dari “Artificial I*******t”.
“Terima kasih, Mbak,” sahut saya.
“Terima kasih, Mbak,” sahut saya.
"Sekalian pulsanya?"
"Oh, nggak usah, terima kasih."
“Ada tambahan lainnya?” tanya SKRPM versi 3.2, masih dengan suara mbak-mbak I*******t.
“Lah, tambahan apa, Mbak? Saya kan belum ngapa-ngapain.”
“Oh, iya, ya. Baik. Selamat datang di aplikasi SKRPM versi 3.2. Anda bebas menentukan fungsi yang Anda inginkan,” sahut sang AI yang dilanjutkan dengan jingle I*******t tapi sedikit maksa dan rumit:
“Ada tambahan lainnya?” tanya SKRPM versi 3.2, masih dengan suara mbak-mbak I*******t.
“Lah, tambahan apa, Mbak? Saya kan belum ngapa-ngapain.”
“Oh, iya, ya. Baik. Selamat datang di aplikasi SKRPM versi 3.2. Anda bebas menentukan fungsi yang Anda inginkan,” sahut sang AI yang dilanjutkan dengan jingle I*******t tapi sedikit maksa dan rumit:
SKRPM 3.2 milik bersama
SKRPM 3.2 pilihan tepat
semua ada di SKRPM 3.2
di SKRPM 3.2 mudah dan hemat
Saya menatap layar gawai saya. Meskipun bisa menciptakan apa saja dengan aplikasi baru ini, saya sedang tidak ingin apa-apa. Saya juga sedang tidak mengharapkan kemudahan. Akhir-akhir ini, berbagai hal membuat saya belajar berdamai dengan kesulitan. Sebelumnya kemudahan menuntut saya terus berlari sekencang-kencangnya tanpa sempat menengok ke belakang, ke kiri, dan ke kanan. Kemudahan menggaji saya dengan memangkas proses. Sebagai gantinya, saya harus tahu diri dengan bergerak secepat-cepatnya.
Kesulitan memperrumit proses. Awalnya saya pikir ia terlalu miskin untuk menggaji saya. Bukannya mendorong saya bergerak cepat, kadang-kadang kesulitan malah memaksa saya berhenti.
Tapi saya lantas menyadari, saya jadi punya waktu untuk menengok ke belakang, ke kiri, dan ke kanan. Ketika saya menengok ke belakang, ke kiri, dan ke kanan serta hati-hati berjalan memahami proses, saya jadi mengerti bagaimana kesulitan menjadi penyedia bagi pertumbuhan yang tak pernah terburu-buru.
“Mbak,” sapa saya kepada Si AI, “situ aplikasi kan, ya?
“Selamat datang di aplikasi SKRPM versi 3.2,” Mbak AI mengulang sapaan pertamanya.
“Situ ini, dong,” sahut saya sambil menunjukkan penjelasan dari KBBI.
“Mbak,” sapa saya kepada Si AI, “situ aplikasi kan, ya?
“Selamat datang di aplikasi SKRPM versi 3.2,” Mbak AI mengulang sapaan pertamanya.
“Situ ini, dong,” sahut saya sambil menunjukkan penjelasan dari KBBI.
aplikasi/ap•li•ka•si/ n 1 karya hias dalam seni jahit-menjahit dengan menempelkan (menjahitkan) guntingan-guntingan kain yang dibentuk seperti bunga (buah, binatang, dan sebagainya) pada kain lain sebagai hiasan.
gambar dari WikiHow |
Saya sedang tidak ingin meminta kemudahan. Setelah segala sesuatu menjadi terlalu otomatis, mungkin sudah saatnya kita kembali kepada manual.
Di Cswritersclub 23
April 2020, host kami, Yoga,
ngajak kami berandai-andai. Kalau ada aplikasi yg bisa ngapain aja, namanya
SKRPM (sakarepmu) versi 3.2, kami mau bikin apa?
Sebenernya tulisan Dea ini ada audionya. Tapi karena nyebut merk dan--sebagai rekaman awal-awal--berantakan banget, nggak Dea unggah di soundcloud. Dinikmati tulisannya aja ya :D
Di edisi ini kayaknya peserta cswc fotonya terniat. Semua disesuaikan sama cerita masing-masing. Berdasarkan foto yang ada, bisa nebak nggak masing-masing bikin cerita tentang apa? Hehe.
Cerita favorit hari itu adalah cerita termanis dari Gita yang di foto terakhir posisinya di tengah-tengah, lagi nelepon. Ini ceritanya kalau mau baca
.
Sebenernya tulisan Dea ini ada audionya. Tapi karena nyebut merk dan--sebagai rekaman awal-awal--berantakan banget, nggak Dea unggah di soundcloud. Dinikmati tulisannya aja ya :D
Di edisi ini kayaknya peserta cswc fotonya terniat. Semua disesuaikan sama cerita masing-masing. Berdasarkan foto yang ada, bisa nebak nggak masing-masing bikin cerita tentang apa? Hehe.
Cerita favorit hari itu adalah cerita termanis dari Gita yang di foto terakhir posisinya di tengah-tengah, lagi nelepon. Ini ceritanya kalau mau baca
.
Komentar