Taurus

-Omni Space, 26 Februari 2018-

Pembukaan Pameran Nasrul Akbar

“Gue baru tau elu motret, Srul,” kata saya.
“Gue kan awalnya emang motret, dari taun 2005,” sahut Nasrul.
“Oh, ya? Tapi selama ini branding lu malah doodling, ya …”
“Iya. Fotografi unfinished business gue…”





Setahun belakangan, saya baru menyadari betapa Taurusnya seorang Nasrul Akbar. Ia begitu setia pada hal-hal yang sudah menjadi kebiasaannya. Seperti pohon, ia membangun akar di Omni Space. Ia konsisten mengunggah doodling-doodling-nya yang khas. Dan dibalik sosok cengar-cengir yang selalu dicitrakannya, ia adalah pekerja keras yang dapat diandalkan dan sangat serius jika sudah berbicara mengenai hal-hal realistis.

Namun, Nasrul tidak suka mengambil risiko. Ada tujuan ideal yang dengan keras kepala harus ia capai. Sebelum merasa mampu menemukan jalan yang pasti menuju ke sana, Nasrul memilih menahan langkahnya. Itu sebabnya, selama lebih dari satu dekade, karya-karya fotografinya dikubur dalam-dalam seperti harta karun.

“Tapi kok yang doodling sama lu dibikin-bikin aja, Srul?” tanya saya.
“Soalnya doodling mah tadinya cuma mengisi waktu luang,” sahut Nasrul.

Tetapi sebagai Taurus Nasrul melakukan “pengisi waktu luang”-nya itu dengan konsisten dan persisten. Perlahan tetapi pasti, karya itu justru berkembang, dikenal, bahkan mulai digarap dalam media-media baru seperti plat logam. Tanpa sengaja doodling iseng-seng itu malah mulai terpatri sebagai brand Nasrul. 

Hanya teman-teman terdekat Nasrullah yang tahu cinta Nasrul yang diam-diam terhadap fotografi. Cinta yang membuat Nasrul justru jadi terlalu hati-hati, enggan melukai gambaran ideal yang dicita-citakannya dengan ketikdaksempurnaan.

Maka, teman-teman dekat Nasrul beramai-ramai mendorong-dorong “banteng Taurus” ini agar bergeming. Mereka antara lain adalah Mbak Iit dan Mas Tri selaku “orangtua” Nasrul di Omuniuum, seniman VincentRumahloine yang mengaku “spesialis manas-manasin”, kurator muda Chabib DutoHapsoro, dan banyak lagi. Catatan mereka dapat dibaca di katalog pameran Nasrul yang dijual Rp 30.000,00 di Omni Space. 

Chabib (kiri) dan Nasrul (kanan)
Singkat cerita, akhirnya Nasrul melangkah juga. Terjadilah pameran tunggal bertema “Latar Belakang” ini.

“Kenapa latar belakang?” tanya saya.
“Di doodling kan obyek-obyek gue diisolasi, nggak ada background-nya,” sahut Nasrul.

Pada karya-karyanya di pameran ini, Nasrul memotret kerumunan. Namun, ia memilih satu obyek di antara kerumunan itu untuk diisolasi seperti obyek-obyek dalam doodling-nya. Nasrul menyisipkan kain polos yang memisahkan si obyek dari kerumunan, sehingga obyek tersebut menjadi fokus tatapan, sementara kerumunan tetap ada sebagai latar belakang. 


“Lu milih obyeknya random atau ada alesannya?” tanya saya.
“Ada alesannya, ini bentuk kompromi gua…”
“Komrpomi?”

Nasrul bercerita, salah satu hal yang membuatnya merasa tak berdaya terhadap fotografi adalah ketidakmampuannya mengontrol. Dia tidak benar-benar mempunyai kuasa untuk menentukan apa yang terjadi di dalam realitas.

Ketika Nasrul memilih salah satu obyek untuk menjadi fokus tatapan, ia mempunyai kuasa atas obyek tersebut. Ia tak mampu menggenggam seluruh kerumunan, tetapi ia dapat mengontrol si obyek, bagian yang dipilihnya dari antara kerumunan.


“Kenapa lu milih tauge ini?” tanya saya sambil menunjuk salah satu karya Nasrul.
“Karena menurut gue tauge ini mirip kuda laut, lambang kekuatan.”
“Lu emang niat nyari tauge yang kayak kuda laut?”
Enggak, kalau kayak gitu artinya gua masih terkurung batas. Gue liat dari yang ada. Makanya gue bilang kompromi…”



“Terus … kalau telor ini … kenapa lu malah milih yang bercak-bercak?”
“Karena telor ini nggak sempurna,  tapi ini pilihan gue …”
Saya tersenyum mendengar jawaban Nasrul.

Saya melirik sepatu keds Nasrul. Warnanya sudah lusuh. Lubang mengaga seada-adanya. Namun, sepatu itu menukar kesempurnaan lahiriahnya dengan pengalaman, cerita, dan kenyamanan di kaki yang tidak terbeli oleh apapun.


“N” untuk “Nasrul” yang berani membawanya melangkah, Taurus yang sedang membangun jalan setapak dan pola baru untuk menuntaskan unfinished business-nya dengan fotografi.

Selamat, Srul, very proud of you ^^



Pameran “Latar Belakang” berlangsung di Omni Space pada tanggal 26 Februari – 10 Maret 2018. Info lebih lengkap bisa dilihat di sini.

Komentar