Tetapkan tujuan. Hidupmu,
ini penting.
Untuk mengarahkanmu
mencapai kehidupan yang berarti, tanpa buang-buang waktu
Iya, Gal, itu bukan lirik lagu lu.
Itu iklan produk nggak tau apa di
kereta yang ada di videoklip “Di Kampungku”. Gue nggak tau Rivanlee sengaja apa
enggak nge-shoot iklan itu, tapi somehow gue ngerasa teks itu pas aja sama
paket lu. Sama lagu “Di Kampungku”. Sama cerita-cerita lu. Sama perkembangan
karya-karya lu yang gue ikutin lima belas taun ini. Sama segala hal yang lu
bawa, lu ambil, dan lu tanggalin di sepanjang perjalanan lu menjadi manusia.
Meskipun belum denger semua lagu di
“Tanahku Tidak Dijual”, lewat “Di Kampungku” gue tau kali ini lo udah pake
“sepatu yang pas”. Nggak kekecilan, nggak kegedean, modelnya elu banget, dan
cukup nyaman untuk lu bawa jalan. Setelah kita ngobrol panjang menjelang konser
lo dua taun lalu, gue sadar kalau lo udah bertumbuh banyak. Itu artinya karya
lo – sesuatu yang jadi rekaman jejak-jejak sejarah lu – harus bertumbuh juga.
Saat itu gue tau lo udah harus masuk ke fase berkarya yang baru, Gal. Harus.
Waktu tau album baru lo mau rilis,
gue langsung excited dan pengen tau. Dan begitu denger “Di Kampungku”, ada
kelegaan di diri gue. Lu nemuin jalan “pulang” ke hati nurani lu sendiri. Ke
cara berkesenian lo yang – kalau gue nggak sotoy – gue kenal dari dulu: jujur
dan sincere.
Lagu ini riuh tapi sepi, Gal.
Musiknya minimalis, tapi kerasa banget lo selalu kepengen teriak nyanyiinnya.
Kayak jaman elu nge-grunge dulu, tapi kali ini jauh lebih mateng. Awareness
yang tumbuh bikin lu lebih komunikatif. Dulu lu teriak karena frustrasi, karena
dunia nggak mahamin elu. Sekarang lu teriak karena lu mahamin dunia, karena lu
ngerasa punya tanggung jawab sama Si Dunia ini. Apa yang lu seruin jadinya beda
meskipun kayak yang mirip. Terus kali ini lo lebih tau gimana ngajak, gimana
cerita supaya orang lain ikut ngerasain apa yang sebenernya lo gelisahin.
Lo bilang, lo pernah ngomong gini ke
murid lu:
“Kamu berubah drastis, artinya takut.
Kamu berubah perlahan, kamu belajar.”
Gue beruntung jadi temen yang bisa
liat lu berubah pelan-pelan, tumbuh, dan belajar sama-sama elu.
Setelah beririsan di kadar kewolesan dan
keriangan berkarya yang kurang lebih mirip pada suatu masa, udah saatnya kita
berpisah jalan dan tumbuh ngikutin “matahari” kita masing-masing. Ke arah
manapun kita akhirnya tumbuh, gue bakal
tetep ngikutin dan support terus karya-karya lu.
Akhirnya, selamat masuk ke fase baru,
ya, Gal, semoga segala yang terbaik selalu nyertain elu.
Salamatahari, semogaselaluhangat dan
cerah,
Sundea
“Di Kampungku” adalah
single pertama dari album solo Deugalih, Tanahku Tidak Dijual.
Mengangkat tema Tanah, yang merupakan kelanjutan dari tema Air yang ia tuangkan bersama bandnya, Deugalih & Folk dalam album Anak Sungai, kali ini Galih ingin berjalan sendiri dengan nama Deugalih. Proses pembuatan albumnya sudah berjalan selama dua tahun sebelum akhirnya ia merangkum semuanya dalam 14 lagu, direkam dengan cara satu kali take di studio yang menghabiskan waktu hanya dua hari.
Mengangkat tema Tanah, yang merupakan kelanjutan dari tema Air yang ia tuangkan bersama bandnya, Deugalih & Folk dalam album Anak Sungai, kali ini Galih ingin berjalan sendiri dengan nama Deugalih. Proses pembuatan albumnya sudah berjalan selama dua tahun sebelum akhirnya ia merangkum semuanya dalam 14 lagu, direkam dengan cara satu kali take di studio yang menghabiskan waktu hanya dua hari.
Tanahku Tidak Dijual akan rilis dalam waktu dekat.
Komentar