Boleh dibaca sambil nonton dan denger lagunya :
Jam dinding mengumumkan waktu petang.
Saya pun membuka jendela kamar saya dan membiarkan angin sore menerpa wajah
saya sepoi.
“Ayo naik kereta,” ajak Sandekala.
“Mana keretanya?” tanya saya.
Sandekala lalu melilitkan senjanya
yang seperti sutera untuk menutup mata saya.
Kata orang-orang zaman dulu Sandekala
sering menculik anak-anak. Ia berkeliaran di perbatasan sore dan malam. Tapi
sejak kecil saya berteman baik dengan Sandekala. Ketika ia datang, saya sering
berlari-lari keluar dan bertegur sapa dengan merah-ungu-oranyenya.
Kadang-kadang Sandekala menculik saya. Tapi saya tidak takut, sebab ia selalu
memulangkan saya kembali.
Sore ini pun saya kembali bermain
dengan Sandekala. Sesaat setelah mata saya dililit selendang senja, tubuh saya
menjadi ringan. Bunyi yang tertangkap telinga saya menginformasikan: saya
dituntun masuk ke dalam sebuah gerbong kereta.
“Selendangnya jangan dibuka, ya,”
pesan Sandekala.
Saya mengangguk-angguk.
Setelah mendapat tempat duduk, saya
merasa kereta bergerak perlahan. Jantung saya berdegup sesuai irama kaki kereta
yang beradu dengan rel. Saat iramanya semakin cepat, jantung saya pun berdegup
semakin cepat. Ada semangat yang berpendar seperti lilin yang semakin lama
semakin terang. Ketika kereta mulai berseru riang, hati saya pun ikut berseru.
Kereta yang berlari, bukan kaki saya, tapi tidak ada bedanya untuk jiwa saya.
Tiba-tiba kereta memperlambat pacunya
dan mengerem perlahan-lahan. Degup saya pun ikut menurunkan temponya.
“Apa selendangnya boleh dibuka
sekarang?” tanya saya pada Sandekala. Saya ingin tahu apa yang terjadi.
“Jangan. Tapi lihat keluar jendela,
ke kiri. Pemandangannya bagus sekali,” kata Sandekala.
“Lah? Caranya gimana?” tanya saya.
“Lihat saja,” sahut Sandekala.
Seperti orang bodoh saya menoleh ke
kiri. Meski mata saya tertutup, bias cahaya yang masih sisa menyusup dari
sela-sela kain yang melilit mata saya. Hangat matahari belum habis. Saya
menikmatinya. Sandekala lalu berbisik berulang-ulang,
Pernahkah kau sedekat
ini, kuberlari dan berlari
Pernahkah kau sedekat
ini, kuberlari dan berlari
“Kamu atau kereta yang berlari?”
tanya saya.
“Barusan kamu, waktu, atau kereta
yang berlari?” Sandekala balik bertanya.
Sejenak saya merenung mencoba
mencerna kata-kata Sandekala. Sebelum renungan saya betul-betul sampai ke dasar, kereta mulai berderak lagi. Semakin lama
semakin cepat dan degup jantung saya mengikuti ritmenya.
Meski tidak melihat apa-apa, saya
tahu kali itu kontur yang saya lintasi tidak rata. Berkelok-kelok, naik dan
turun, bahkan sesekali mendadak gelap-gelap-gelap. Mungkin saat itu saya sedang
masuk ke dalam terowongan.
Kereta bergerak seperti terbang. Saya
berpegang erat pada benda apapun yang bisa saya pegang. Telinga saya berusaha
menangkap derak yang teratur seperti metronom. Selama bunyi itu masih ada, saya
cukup aman. Artinya kereta masih berjalan di atas relnya. Semoga saja jangan
ada kereta lain yang menghadang dari depan…
Pernahkah kamu merasa,
jauh nyata dari asa
Pernahkah kau mengejar,
jauh takkan terkejar…
BRENG!
Tiba-tiba derak teratur itu pudar dan
henti. Jantung saya seperti ikut berhenti. Saya di mana? Ada apa? Kenapa
mendadak?
Gelap dan sunyi seketika utuh. Tak
ada cahaya yang menembus selendang pelilit mata saya. Sesaat kemudian di kejauhan
saya mendengar suara benda kayu. Entah ditendang, entah terjatuh. Hanya
sekilas. Misteri yang justru membuat saya semakin sesat dalam
ketidakmengertian. Kali itu saya betul-betul takut.
Kereta pasti sudah bergeser dari rel
dan berjalan entah di mana. Atau …masihkah saya ada di dalam kereta? Segala
yang tadinya sureal berubah menjadi
realitas yang justru tak bisa saya tebak.
Tubuh saya bergetar. Lirih saya
mencoba memanggil sahabat saya, “Sandekala, kali ini saya dipulangkan atau
tidak…?”
Sundea
---
"Kereta Senja", salah satu lagu karya Gardika Gigih di album "Nyala" produksi Sorge Records . Untuk info lengkap soal personil yang terlibat di lagu ini klik di sini.
Sebetulnya review Salamatahari agak telat, soalnya sebetulnya Gigih sedang bersiap-siap untuk single berikutnya :p
Komentar