-Plataran Borobudur, 6-7 Oktober
2016-
Persiapan Pembentukan
Organisasi Profesi Penulis Indonesia
Deklarasi ini tercetus secara
semi-semi impulsif. Ia yang seharusnya jadi simpulan penutup dalam rembuk
justru membuka acara. Tanpa banyak perdebatan, di depan notaris, para penulis yang hadir di acara Persiapan
Pembentukan Organisasi Profesi Penulis Indonesia langsung sepakat melahirkan
organisasi tersebut.
Ternyata bagi para penulis yang hadir,
sarang adalah kebutuhan mendesak. Mereka merasa membutuhkan tempat bernaung
yang melindungi. Berbagai curhat terlontar. Mulai dari permasalahan seputar
royalti yang diterima sampai standard harga penulisan. “Kalau di luar negeri
penulis kan ada agensinya,” ungkap Mbak Imelda Akmal, penulis arsitektur, salah
satu penggerak pembentukan organisasi ini.
Pada tanggal 6-7 Oktober 2016 di
Plataran Borobudur, diadakan rembuk untuk mempersiapkan suatu organisasi yang
dapat mewadahi profesi penulis Indonesia. Acara yang didukung oleh BadanEkonomi Kreatif (Bekraf) ini merupakan cabang dari Borobudur Writers andCultural Festival yang diadakan rutin setahun sekali. Sejumlah penulis dari
berbagai bidang – mulai dari fiksi sampai nonfiksi, penulis novel sampai
penulis buku pelajaran – diundang hadir. Di antaranya ada penulis dan peneliti budaya pop Hikmat Darmawan, penulis cerita anak-anak Djokolelono, penulis "Biola Tak Berdawai" Sekar Ayu Asmara, dan penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia Yadi Mulyadi.
Meski sejumlah penulis yang datang
belum bisa dibilang mewakili seluruh penulis yang ada di Indonesia, kehadiran
mereka cukup untuk membangun “atap”. Organisasi yang masih dalam proses
penyusunan ini tetap terbuka dan tidak mengklaim diri sebagai organisasi
tunggal. Siapapun boleh saja membangun organisasi lainnya agar penulis punya
sarang. Punya atap. Sesuatu yang melindungi secara formal.
Perjalanan membangun masih panjang. Tim kecil ini masih akan bertemu lagi untuk menyusun banyak hal.
Doakan kelak sarang ini menjadi penaung yang dapat menjaga mereka yang memilih berprofesi sebagai penulis.
Sundea
Komentar