“t-BOFF!”
Segumpal asap hitam meletup tak jauh
dari Anak Beruang. Anak Beruang yang sedang bermain sendiri di halaman langsung
tercuri perhatiannya.
“Jangan dekat-dekat asap itu,” Ibu
Beruang segera tahu apa yang dipikirkan Anak Beruang.
“Kenapa?” tanya Anak Beruang sambil
mencari-cari arah datangnya si asap.
“Karena itu t-BOFF. Dia terlarang,”
sahut Ibu Beruang.
“Kenapa terlarang?” tanya Anak
Beruang lagi.
“Jangan banyak tanya. Percaya saja
sama Ibu. Segala yang terlarang tidak baik untuk didekati,” sahut Ibu Beruang
sambil menggiring anaknya masuk ke dalam rumah.
Ketika Ibu Beruang sibuk di dapur,
diam-diam Anak Beruang melongokkan kepalanya keluar jendela, mencari t-BOFF.
Ternyata letupan hitam itu memang muncul-muncul kembali. Bentuknya yang
berubah-ubah menarik perhatian Anak Beruang. Rasa penasaran membuat Anak
Beruang melompat keluar jendela mengejar t-BOFF.
Semakin dekat Anak Beruang dengan
letupan t-BOFF, semakin kencang jantungnya berdegup. Ketika tak sengaja Anak
Beruang menginjak sekuntum puteri malu, t-BOFF melutup disusul desisan magis…
Bulu-bulu Anak Beruang merinding.
Suara dan nuansa yang dibawa t-BOFF kelam sekaligus membius. Anak Beruang
meraba perasaannya sendiri. Seperti yang Ibu Beruang katakan, mungkin t-BOFF
bukan sesuatu yang baik. Tapi apa itu baik? Anak Beruang jadi tidak yakin.
Meski pahit, ada yang diam-diam
terasa nyaman dan menyembuhkan seperti jamu. Anak Beruang mencoba mengenali
segala yang disuguhkan t-BOFF, namun ia tak sepenuhnya mengerti. Ketika t-BOFF
mulai bergerak lebih jauh masuk ke dalam hutan, Anak Beruang terpaku. Dalam
waktu singkat, ia harus memutuskan; mengikuti tuntunan t-BOFF atau berhenti
saja di situ.
… akhirnya Anak Beruang mengikuti ke
mana t-BOFF bergulir.
Di sepanjang perjalanan menyusur
hutan, t-BOFF berkali-kali meletupkan bunyi “t-BOFF” yang gemuk namun tertahan.
Asap yang ditimbulkan t-BOFF adalah rangkaian pareidolia. Anak Beruang
mengidentifikasi bentuknya yang ilusif sebagai rahasia-rahasia yang tersembunyi
di balik bulu-bulunya.
Anak Beruang tak dapat mendefinisikan
setiap bentuk t-BOFF. Tapi intuisinya mengenal mereka seperti ia mengenal
dirinya sendiri. Tunggu. Apakah Anak Beruang mengenal dirinya sendiri?
Tiba-tiba ia jadi ragu.
t-BOFF membentuk citra yang
berganti-ganti; membawa trauma, kesembuhan, dan segala yang berada di
antaranya. Mereka bergulung-gulung seperti ombak yang ingin membawa Anak
Beruang tenggelam dalam lautnya. Ketika gulungan itu semakin dekat, Anak Beruang
didorong oleh insting untuk berlari menyelamatkan diri.
Maka Anak Beruang berlari …
Sampai pada suatu titik, Anak Beruang
tak tahu harus berlari ke mana lagi. Ia menutup matanya rapat-rapat. Jika ia
harus tergulung, maka tergulunglah. Tapi ternyata …
“Apa ini?” tanya Anak Beruang.
“Apa ini?” sahut t-BOFF seperti gema.
“Apakah kamu sesuatu yang baik?”
tanya Anak Beruang lagi.
“Apa itu baik?” t-BOFF balik
bertanya. Suaranya masih seperti gema.
“Siapa kamu? Apakah kamu adalah aku
sendiri?” tanya Anak Beruang.
“Aku adalah kitab kecil. ‘The Book of
Forbidden Feelings’…”
“My feelings…?”
t-BOFF tidak menjawab tetapi
letupannya membuat semua mendadak gelap.
Ketika asap hitam t-BOFF luruh, Anak
Beruang kembali berada di rumahnya sendiri. Ada Ibu Beruang berdiri di sisi
Anak Beruang. Di matanya membayang kekelaman t-BOFF.
“Kamu tidak mendengarkan Ibu!” tukas
Ibu Beruang dengan nada menghakimi. “t-BOFF bukan sesuatu yang baik. Dia adalah
perasaan-perasaan yang tidak boleh kamu rasakan!”
“Apa ada perasaan yang bisa dilarang
datang, Bu?” tanya Anak Beruang.
Ibu Beruang mengalihkan pandangannya.
Berusaha menyembunyikan t-BOFF yang sebetulnya tak bisa dihindari.
Ibu kembali ke dapur. Sementara Anak
Beruang tetap duduk bersila di ruang tengah. Masih ada sisa-sisa t-BOFF yang
menjelaga. Tapi Anak Beruang tak berusaha menghindarinya. Ia membiarkan t-BOFF
menyelesaikan tugas-tugasnya, menyuguhkan perasaan yang ingin ia suguhkan
karena perasaan memang tak pernah bisa dilarang.
Anak Beruang melongok lagi keluar
jendela. Ketika melihat letupan yang masih berubah-ubah bentuk, Anak Beruang
kembali melompat keluar jendela…
The Book of Forbidden
Feelings adalah buku witty karya seniman cerdas Lala Bohang. Rasanya seperti sebatang dark chocolate. Tentang buku ini bisa dilihat di sini.
Komentar