-5758
Coffeelab, Sabtu 3 September 2016-
Kelas Pengetahuan Dasar Kopi
Perjalanan
panjang kopi dimulai dari sekelompok kambing!
Alkisah, di daerah Yemen, Timur
Tengah, seorang gembala bernama Kaldi heran melihat euforia kambing-kambingnya.
Ia pun lantas menguntit hewan ternaknya itu dan tahulah ia bahwa mereka begitu
bahagia setelah menyantap buah-buahan “ajaib”.
Efek yang ditimbulkan kopi membuat
buah ini sempat dianggap buah setan oleh ulama setempat. Tetapi di kemudian
hari, kopi yang sudah diolah menjadi minuman oleh Kaldi, justru populer di
kalangan para sufi daerah Mocha.
Kopi lalu bertualang ke seluruh dunia
lewat berbagai kisah yang tak kalah serunya. Ia sampai ke Perancis sebagai
hadiah dari Sultan Yemen yang disembuhkan oleh dokter Perancis. Ia ada di
tangan Belanda melalui intrik dan penyelundupan. Di Indonesia, kopi ditanam
lewat program Koffiestelsel yang dicanangkan Belanda. Ironisnya, rakyat
Indonesia yang menjadi buruh Koffiestlesel justru tak pernah mendapat jatah
kopi dari pemerintah Belanda. Demi mencicipi minuman tersebut, nenek moyang
kita terpaksa mengais-ngais biji kopi yang ada di antara kotoran Luwak.
Ternyata upaya “memulung” yang dilakukan oleh leluhur kita justru menghasilkan
salah satu kopi paling mahal di seluruh dunia.
Apakah seluuuuuruh cerita ini
tercatat dalam sejarah? “Penikmat kopi seneng ngobrol, tapi males nyatet. Beda
sama peminum wine,” tukas Mas Adi Taroepratjeka sambil tertawa. Mas Adi adalah Q
Grader alias – jika harus dijelaskan secara mudah – maestro kopi yang hari itu
memberi materi di 5758 Coffelab. Kisah-kisah seputar kopi terbit sebagai
hikayat yang bergerak merdeka. Saya pun menyadari betapa dekatnya kopi dengan
obrolan yang akrab, diskusi yang ketat, dan titik berangkat berbagai isu. Mungkin
dari sanalah muncul istilah “obrolan warung kopi” dan ajakan “ngopi-ngopi yuk”
untuk mengobrol.
Bagian yang bukan hikayat adalah
ketika Mas Adi mengajarkan kami membedakan berbagai jenis kopi. Mana yang
Arabika, mana yang Robusta. Mengapa kopi Arabika lebih kecut daripada Robusta.
Apa beda kopi full wash dan dry wash. Seperti apa pula rasa kopi semi wash. Mas
Adi juga menyajikan kopi manual french press yang harumnya luar biasa. “Ini
bikinnya ditekan, sari-sarinya dipaksa keluar,” Mas Adi menjelaskan perihal
keharumannya.
Sebetulnya berapa gelas kopi yang
boleh kita minum dalam sehari? “Ikuti sinyal yang diberikan tubuh kita,” jawab
Mas Adi. Biasanya tubuh kita sanggup menerima dua sampai tiga cangkir kopi
dalam sehari. Tapi setiap orang mempunyai kapasitas yang berbeda-beda.
Lalu apa yang harus kita lakukan jika
tahu-tahu kepala kita pening karena terlalu banyak mengonsumsi kopi? “Tinggal
makan pisang dan minum air yang banyak,” saran Mas Adi. Silakan dicoba. Tips
itu ternyata berhasil pada saya.
Buat kamu yang belum sempat bergabung
di keriaan 3 September lalu, jangan sedih. Kelas-kelas Kopi seperti ini masih
akan diadakan lagi dan lagi. Ikuti terus informasinya di media sosial 5758 Coffeelab, ya ;)
Jika ini “Hikayat” yang bukan “Heru”,
lalu siapa “Hikayat” yang "Heru" ? Dia adalah salah satu kurator seni rupa
terpercaya di Kota Kembang ini. Jika penasaran, boleh googling, lho.
Lalu apa hubungan Mas Heru dengan
artikel ini? Nggak ada sih sebetulnya. Seperti hikayat kopi yang berkembang
dengan merdeka, ide pop up ini pun
merdeka menemukan tempatnya di sela artikel ini. Apakah Anda pening?
Coba makan pisang dan minum air
banyak-banyak :D
Sundea
Facebook: 5758 Coffeelab
Instagram: @5758 Coffeelab
Komentar