Kalau kamu ibuk-ibuk,
wawancara ini mungkin akan berkali-kali membuatmu berseru: “Ini gue banget!”
Nggak percaya? Disimak saja.
Meski mencuri –
terutama di bulan suci Ramadhan seperti ini – kerap dilarang, demi
terlaksananya obrolan ini, kami terpaksa mencuri. Mencuri waktu di sela-sela
kesibukan Diani mengasuh Bara, jagoan kecilnya.
Luar biasanya, di tengah segala kemeriahan yang melingkupi hari-harinya, demi "Proyek Ibuk-Ibuk" ini, Diani tetap berhasil menuntaskan seluruh dealine-nya tepat waktu
*aplaus yang meriah*
Baiklah, Di. Mari kita
colong-colong waktu ehehe. Cerita dulu dong tentang kegiatan kamu sehari-hari…
Sehari-hari aku berkegiatan sebagai
istri dan Ibu tentunya. Selain itu aku juga bekerja sebagai freelance illustrator untuk majalah Bobo dan beberapa project buku lainnya. Aku sekarang baru agak lowong dan bisa
menghela nafas panjang nih, karena aku sudah sidang tesis..sudah lulus..horee!
Horeeee … dapet A, ya,
katanya. Selamat yaaa…
Makasih, Dea. Alhamdulillah satu persatu tugasnya
mulai dituntaskan dan bebannya sedikit-sedikit berkurang. Di waktu luang aku suka masak, online shopping, baca-baca review
make up, dan nonton tv series.
Sekarang lagi keranjingan “Game of Thrones” dan “Empire” ahahaha.
Waaaah…masih ada waktu luang hahaha…
Di waktu luang yang sangat sedikit itu…hahaha...
Ok.
Apa sih perbedaan yang paling kerasa antara sebelum dan sesudah nikah?
Kalo buat saya sih jadi belajar
berkompromi lebih banyak lagi. Ya dengan suami, dengan keluarga suami, dll.
Dengan menikah jadi belajar untuk
menekan ego dan mencari jalan keluar yang paling baik. Banyak yang bilang jadi
ketauan aslinya kalau setelah menikah, haha, emang iya sih. Tapi di situ kan ya
tantangannya... kalau cari yang ideal ya bikin dunia virtual aja, maen "The Sims"
:))
Terus yang paling kerasa juga dari
segi keuangannya, apalagi saya sebagai istri. Biasanya kan istri yang bertugas
jadi "menteri keuangan" dalam keluarga. Nah ini bener-bener kerasa. Biasanya
pas masih single tuh belanja ga pake mikir, sekarang mau jalan-jalan atau beli
makanan yang mewah dikit pasti dikotret dulu di kepala, hahaha. Apalagi saya
dan suami profesinya sebagai freelancer,
pasti harus lebih banyak lagi porsinya untuk menabung.
Hahaha.
I feel you. Secara kami di sini juga pasangan freelancer. Terus, terus, kalau bedanya setelah punya anak dan
sebelum punya anak?
Wahahah selain bentuk badan dan
ukuran baju yaa (sebelum menikah aku ukuran bajunya M, setelah punya anak jadi
XL) pastinya learn to be selfless.
Menjadi ibu bener-bener ga boleh egois. Apalagi pas bulan-bulan pertama anakku
Bara lahir, aku rasanya pengen peluk ibuku bolak balik. Ternyata ini rasanya
menjadi seorang ibu. Senang, sedih, capek, emosi, campur aduk jadi satu. Yang
patut disyukuri sih saya ga mengalami baby blues. Alhamdulillah orang-orang di
sekitar saya sangat suportif. Emosi dan sedih serta kadang rasa jenuh pun
kadang datang menghampiri, tapi sebetulnya lebih banyak hepinya. Bisa
peluk-peluk anak, menyusui, menyuapi, ngajak ngobrol meskipun si anak ini masih
ngobrol dalam bahasa planet, itu yang sering saya syukuri setiap harinya.
Karena Bara adalah karunia terindah yang pernah aku miliki.
ilustrasi anniversary, setahun yang lalu |
Cihuy. Pas
Bara lahir kan kamu lagi heboh S2. Ripuh nggak jadinya?
Jujur… dua tahun terakhir ini memang
rasanya gila banget. Aku hamil pas tengah-tengah masa kuliah, melahirkan dan
mengurus anak pas lagi berat-beratnya tesis. Tiap hari ga pernah tidur dengan
bener karena ketika anak tidur, di situlah waktu untuk ngetik atau ngerjain
tugas. Nyawa rasanya tipiiiiiis banget. Kondisi kurang tidur ini kadang
membikin jadi emosional dan capek hati luar biasa. Bawaannya jadi sensi apalagi
namanya jadi ibu baru kan, pasti ada aja yang komen dan mengkritik. Tapi ada
orang-orang terdekat yang siap membantu, itu yang meringankan bebanku. If you need for help, just ask for it.
Sangat surprising ketika bantuan datang, beban akan terangkat dan bahu rasanya
ringaaaaan sekali.
Nanti
bisa dong pas anak kedua kamu sambil bikin desertasi? Hihihi…
Meskipun begitu, aku sih ogah
ngulang lagi sekolah sambil ngurus bayi. Tapi suatu saat semoga anakku bisa
bangga sama ibunya, bahwa kita bisa menuntut ilmu dalam kondisi apapun, termasuk
dalam kondisi baru punya anak :)
Azek. Ngomong-ngomong, aku penasaran deh. Gimana kamu ngebagi waktunya?
Kadang saya sendiri juga takjub lho,
kok saya bisa ya ngerjain ilustrasi juga, ngurus suami juga, ngurus anak juga, ditambah
pas kemarin tesis juga. The answer is,
yang penting ngerjainnya sambil bahagia. Kalau dibawa sedih, bebannya akan
terasa makin berat. Itulah hebatnya perempuan sih, De, bisa multitasking. Itu semua saya mulai dari
kebiasaan rutin bangun pagi. Bangun makin pagi, maka waktu yang tersedia akan
lebih banyak. Lalu pilah pilih pekerjaan mana yang bisa diprioritaskan dan mana
yang bisa ntar-ntar aja. Kalau di rumahku, prioritas utama setiap hari adalah
masak dan cuci popok dan baju bayi. Aku membuat proses itu lebih sederhana dengan
membuat menu makan anakku + keluarga dalam menu yang sama. Proses cuci popok
dan baju dengan memakai mesin cuci. Kalau setrika, entar-entar aja deh... aku
males nyetrika soalnya :))
Hahaha. Terus
suami ngebantu dalam pekerjaan rumah tangga, nggak?
Saya bersyukur banget Luky, suami
saya, sangat suportif dan mau membantu dalam hal kerjaan rumah tangga dan
mengurus anak. Di sini kadang kami merasa nyaman sebagai freelancer, karena bisa mengatur jam kerja kami sendiri. Kalau
diitung-itung, dari dua taun pernikahan kami, baru tiga bulan terakhir ini kami
punya asisten rumah tangga. Sebelumnya kami biasa kerjakan apa-apa sendiri.
Hadiah ulangtahun untuk Ayah dari Ibu dan Bara |
Jujur, kayanya sih suamiku itu lebih
jago bebersih daripada aku (dasar Virgo), hahaha. Dalam hal mengurus anak pun
juga telaten dan gak sungkan. Saya pun bersyukur dibesarkan oleh seorang Bapak
yang ga malu untuk bebersih rumah atau memasak, dan bersyukur pula suami saya
dibesarkan oleh keluarga yang menganggap bahwa suami atau kepala keluarga turut
membantu dalam pekerjaan rumah adalah hal yang lumrah. Percayalah, para suami,
bantuan apapun yang kalian berikan pada istri dalam hal urusan rumah tangga,
sangatlah berarti, even cuman bersihin remah-remah rempeyek pun :))
Hahaha
“remah-remah rempeyek” banget. Ada kesulitan nggak ngerjain hal-hal begini?
Seiring bertambahnya waktu, yang tadinya
kami anggap sulit, lama-lama terbiasa. Awal-awal kami galau gitu. Dapet rejeki
dari mana, ya, dengan adanya kebutuhan buat anak yang bisa dibilang ga sedikit,
macem vaksin,makanannya, biaya printilan macem popok, baju,belum lagi nabung
untuk anak kami mulai sekolah. Eh taunya seperti dijawab Tuhan, ada aja
sih rejeki yang menghampiri. Mungkin ini yang dinamain "Rejeki Anak".
Terus pas awal-awal Bara lahir, kami super panikan. Nangis dikit, kami panik.
Pupnya aneh dikit, kami panik. Semua dicari di Google. Sekarang? Yah itungannya
udah mulai pro deh, sudah bisa menterjemahkan sedikit-sedikit arti tangisan
anak :))
Google
memang sesuwatu sekali ya. Ok. Terakhir. Apa pendapat kamu sendiri tentang
“Proyek Ibuk-Ibuk” ini?
Nah dengan adanya “Proyek Ibuk-Ibuk”
ini aku sangat senaaaaang sekali **akhirnya** ada yang bisa kukerjakan setiap
hari selain menggambar untuk job, mengetik tesis, nyuapin anak, masak untuk
suami, such a refreshment! Percaya ga
Dea, ibu-ibu itu butuh liburan. Ga perlu jauh-jauh ke Bali, bikin-bikin proyek
dengan sesama ibu-ibu gini sudah cukup kuanggap liburan (even though aku ga
nolak kalo ditawarin liburan ke Bali hahaha).
Anyway, bgitulah
jawabanku...gambarnya menyusul setelah ini yaaaa. Anakku bangun lagi nih..pasti
ngajak main lagi..ahahahaha *seka peluh di jidat*
Baiklah,
Di … makasih, ya, take your time *solidaritas
ibuk-ibuk*
Selama
Diani bermain dengan Bara, Dea menyusun wawancara. Kadang tersenyum bahkan
tertawa, kadang terharu, kadang terkagum-kagum, dan kadang-kadang berkomentar
sendiri, “Ini gue banget!”
Bagaimana
dengan kamu sendiri? Ada berapa “gue banget” yang menyetrum kalian dalam
curhatan ini…? Boleh dihitung dan dibagi ceritanya di kolom komentar :)
Sundea
Komentar
beberapa hal yg gue banget terutama panikan ketika anak pertama baru lahir dan jadi lebih multitasking: nonton tv series sambil nyusuin sambil kirim email kerjaan. Hihi.
Suka deh sama ilustrasinya :)
Salam kenal :)
@Rahayu: Hahaha... sama banget ya sama Diani? Iya, ilustrasi Diani memang lucu-lucu banget. Dan sempet lho dia bikin di sela-sela segala kesibukannya...
Salam kenal, Rahayu...