Kresekadalahtuhan tak
dapat dihancurkan. Namun ketika sadar kekuatannya justru menjadi ancaman, ia
membiarkan ilmu pengetahuan mencari cara meluruhkannya. Lebih dari dua dekade
yang lalu, penelitian mulai merayap. Perlahan bahan organik bahu-membahu membangun
tuhan. Selanjutnya, dengan rendah hati tuhan yang altruis belajar melebur bersama
kulit pisang dan daun kering. Tuhan tak terlalu meriah menyiarkan kemampuan biodegradable-nya. Tetapi selama
penelitian terus berderak, pelan-pelan tuhan yang tak lekang oleh waktu akan
terganti oleh tuhan yang memasrahkan diri kepada waktu. Beberapa supermarket
mulai berbakti pada tuhan biodegradable.
Melalui permukaan tuhan, mereka bercerita tentang kebaikannya kepada dunia.
“Sebetulnya hidup kita hampir nggak
bisa lepas dari plastik. Kalau penelitian biodegradable
plastic terus berlangsung, ke
depannya segala plastik yang kita pakai bisa biodegradable juga. Bukan cuma plastic
bag,” ujar suami saya pada suatu hari.
Sebetulnya, jika memilih menyuarakan
penggunaan biodegradable plastic bag daripada
memusuhi kresekadalahtuhan, kita mengajak masyarakat memandang dengan cara lain. Bila kita tidak menetapkan cap yang membunuh, ada berbagai kemungkinan yang terbuka. Dukungan kita memberi dana dan daya bertumbuh untuk inovasi. Tanpa itu, mereka akan mati kering dan terhenti. Ini sekadar padangan alternatif saja.
Gus Dur pernah berkata, “Tuhan tak
perlu dibela”.
Saya ragu. Apakah saat ini saya
sedang membela tuhan …?
Sundea
Komentar