Benang Layang-layang

-Kampung Kolase, Bandung, 9 September 2015-

Lapak Dongeng

Sebelum mulai membuat dan bermain layang-layang, Kak Sarita alias Ibu Brokoli mendongeng tentang layang-layang untuk adik-adik di Kampung Kolase.
Alkisah, tersebutlah selembar layang-layang. Ia terbang tinggiiii sekali dan bahagia. Sampai tiba-tiba, benangnya putus. Ia terlepas dari gelasan, terpisah dari pemiliknya, dan tertiup tidak berarah. Akhirnya ia terjatuh di sebuah tempat yang asing. Awalnya si layang-layang merasa sedih. Namun kebahagiaannya terbit kembali ketika bertemu dengan pemilik baru yang merawatnya dengan penuh kasih sayang.

“Soalnya mereka mau pindah dari Kampung Kolase, Kak, jadi diceritain begini supaya nanti mereka tetep bahagia di tempat yang baru,” ungkap Ibu Brokoli.




Kampung Kolase sendiri seperti sebuah negeri dongeng. Ia terletak di lereng sungai Cikapundung, di pinggir Jalan Siliwangi. Ada sejumlah keluarga yang hangat dan harmonis di sana. Ketika kita berkunjung ke sana, kehangatan tradisional yang khas segera memeluk kita. Rasanya bersahabat dan menyenangkan.


Nama Kampung Kolase sendiri lahir setelah Galeri S.14 di bilangan Cigadung, Bandung, menggelar proyek seni rupa bertajuk “Baur” bulan Juni 2015 lalu. Hasilnya antara lain adalah kolase-kolase yang terpapar di sepanjang kampung tersebut. Karena sebagian warga Kampung Kolase mencari nafkah dengan membuat kerajinan tangan, tidak sulit memperkenalkan konsep kolase kepada mereka. Sebentar saja mereka sudah terampil menghias wilayah tempat tinggal mereka dengan kolase-kolase unik, bahkan dalam bentuk photo boot di pinggir sungai yang mengaliri kampung mereka.




Tetapi setelah sekian waktu tinggal, tumbuh, membangun keluarga, dan menanamkan hidup di Hilir Cikapundung, pada akhirnya mereka berpapasan dengan kata “cukup”. Wilayah yang selama itu mereka tinggali diambil alih kembali oleh pemerintah kota, entah akan dibangun menjadi apa. Meski belum pasti kapan persisnya, mereka dipersiapkan untuk segera pindah ke tempat baru.

Pada rentang waktu itulah Ibu Brokoli dan kakak-kakak dari Laugh on The Floor  menggelar lapak dongeng. Setiap hari Rabu pukul empat sore, mereka datang ke Kampung Kolase untuk mendongeng dan bermain dengan adik-adik di sana.

Hari itu mereka bermain layang-layang. Adik-adik boleh menggambari sendiri layang-layang mereka, sama-sama mengurai benang layang-layang yang kusut, menyambung dan mengikatnya pada gelasan dari gelas plastik, kemudian menerbangkannya bersama-sama.

“Jangan takut. Ini benangnya nggak tajem, kok, soalnya bukan benang aduan,” Ibu Brokoli memastikan ketika adik-adik mengurai dan mengikat tali.

Ada tawa, ada upaya, ada kepercayaan kepada angin, dan ada harapan. Layang-layang terbang dan jatuh, tetapi keriangan adik-adik kecil tak pernah sampai betul-betul jatuh tersungkur.


Pukul setengah enam sore, kembali adik-adik berpapasan dengan kata “cukup”. Kakak-kakak mengingatkan, sudah saatnya mereka pulang ke rumah. Meski sempat menawar, akhirnya adik-adik patuh. Diantar kakak-kakak, mereka meninggalkan lapang bermain Kampung Kolase.

Saya mengamati Kak Nia dari Laugh on the Floor yang sedang merapikan alat-alat warna yang berserakan. Bertanya-tanya sendiri di dalam hati, jika mereka sudah pindah ke tempat baru, apakah kegiatan ini akan berlanjut? Atau barangkali dicukupkan sampai di situ? Masih akan adakah kehangatan yang khas memeluk di tempat baru nanti? Apakah mereka akan kembali menghias wilayah mereka dengan kolase warna-warni?

Meski rasa sedih sempat melintas sedikit, keyakinan bahwa hidup senantiasa memelihara mereka tumbuh lebih kuat. Berkata “cukup” tak lantas akan membuat mereka kekurangan apapun. Di dalam hati saya mendoakan mereka setulus-tulusnya.

Jauh di atas, melampaui bendera merah-putih yang menjulang di lapangan Kampung Kolase, ada sebentuk layang-layang lain yang masih meliuk terbang. Ketika layang-layang adik-adik sudah beranjak pulang, layang-layang itu tetap menantang angkasa.


Benangnya tajam. Gelasannya dari kaleng.

Sundea

Berminat menyumbangkan alat menggambarmu yang sudah tidak terpakai untuk kegiatan Lapak Dongeng ini? Titipkan pada tim Laugh on the Floor:

info@laughonthefloor.com
087825252805 | 08112395566
Twitter | @laughonthefloor
Instagram | @laughonthefloor
Atau langsung di-drop di Jalan Saninten no.25, Bandung

Komentar