Panta Rei

semacam review album Anak Sungai Deuagalih and Folks

cover anak sungaiAnak Sungai mengalir. Kendati tidak tergesa, ia tidak pula tertahan. Permukaannya jauh dari jernih, bahkan cenderung keruh. Tetapi gemericiknya yang alami, lunak memanggil saya. Saya mendekati Anak Sungai seperti ngengat mendekat pada cahaya.

Ternyata Anak Sungai membawa banyak sekali cerita. Ia yang sepertinya sudah menempuh perjalanan sangat jauh, tak mengingkari kisah apapun yang ingin ikut mengalir bersamanya. Di sana saya menemukan persahabatan Galih dan Yadi yang terhanyut dalam lagu “Anak Sungai”, percik kelincahan anak-anak yang bermain dalam “Bunga Lumpur”, “Minggu Pagi”, dan “Ilalang”, cipratan yang membuat basah kuyub dalam “Heyya Kid”, muskalisasi puisi “Buat Gadis Rasid”-nya Chairil Anwar yang membenamkan kita, lalu kita menyembul kembali dalam kesadaran bersama “When No One Sings This Song”, dan belajar mengapung bersama “Earth”.

Terakhir, ketika mencelupkan kaki saya ke air Anak Sungai yang dingin, sekumpul endapan berenang menggulung kaki saya. Ada lumpur yang datang bersama air pembasuhnya. Saya merasakan sensasinya. Yang mengotori dan yang membersihkan menciptakan ketaksaan di kulit saya. “Becoming White” lalu mengejankan kisahnya dalam suasana yang muram,



And if you want to sell your mind
It’s alright
Million people trying to do
And if you want to kill your mind
It’s alright
It’s all about forgetting

Anak Sungai tidak mempunyai penyaring dan tak pernah diberi kaporit. Di mana induk sungainya, saya tak tahu persis. Ke mana Anak Sungai akan mengantar semua kisah yang dipulungnya dari sepanjang perjalanan, saya juga tak bisa memastikan. Tetapi saya tahu, renjanalah yang membuatnya tidak pernah berhenti mengumpulkan kisah, mencatatnya dengan kata-kata sahaja yang mempunyai kedalaman tersendiri, meggemericikkan nada-nada yang bisa dinyanyikan oleh siapa saja, kemudian mengalir tanpa terhenti menuju sebuah titik … atau “titik-titik” karena Anak Sungai bisa jadi sedang bergerak menuju keabadian dengan kisah-kisah yang dilantunkannya …

Segala cerita yang dibawa Anak Sungai melintas saja di depan saya. Bukan untuk saya tahan, apalagi saya tangkap. Saya membiarkan Anak Sungai mengalun lagi, mengeja kisah-kisah baru, menjadi keruh atau jernih di dalam perjalanannya, dan tetap terbebas dari kaporit. Saya tidak berusaha mengejar, apalagi mencari tahu di mana ujungnya.

Sejuta kisah terbawa angin …

… dan saya membiarkannya karena saya percaya, apa yang diyakininya takkan membuatnya tersesat.
Sisa-sisa Anak Sungai masih lekat di telapak kaki saya. Sengaja saya berlari-lari pulang tanpa mengenakan alas kaki. Langit menjadi oranye, hari semakin tua, namun entah mengapa matahari justru terasa lebih hangat daripada sebelumnya. Sayup saya mendengar sepotong nyanyian Anak Sungai, “When No One Sings This Song”

Maybe it’s time to grow
When this song is gone
No one sings this song …

Sejarah yang mencatatkan kisah tidak bertumbuh. Kitalah yang bertumbuh dan mengalir, memperanakkan kisah-kisah lain. Di dalam hati saya berdoa. Semoga renjana menjaga saya agar tak pernah lupa mengalir. Semoga.

Anak Sungai sudah terlelap. Namun dalam lelapnya, ia tak lantas berhenti menjadi anak sungai. 

Sundea

----

Deugalih and Folks adalah band asal Bandung yang seru banget. Personilnya terdiri dari beragam latar belakang dan usia. Band ini juga punya kekuatan di lirik-lirik lagunya. Sabtu, 28 Maret 2015, ceritanya Deugalih and Folks melakukan perhelatan dalam rangka kelahiran album terbarunya, Anak Sungai. Yang mau dateng, silaken, lho. 

Pemesanan pre-sale dapat melalui:

+ Omuniuum +
Ciumbuleuit 151 b Lt.2 Bandung 40141
ph. 022-2038279
087821836088


Ini infonya:
poster ke IFI

Catatan:
“Panta Rei” yang punya makna literal “segalanya terus mengalir”, adalah pengemasan seluruh filosofi filsuf Yunani, Heraklitus. Ia menggunakan sungai sebagai metafora.

Komentar