Review ini sebaiknya dibaca sambil mendengarkan lagu Senang Bersamamu di sini:
Nama teman saya ini Senang Bersamamu. Saya mengenalnya untuk pertama kali pada suatu sore selepas maghrib. Saat itu saya sedang berdiri di pinggir jalan menunggu angkot. Kemudia entah dari mana ia datang dengan petikan gitarnya yang jenaka menggelitik. Begitu perhatian saya tercuri, ia mulai bernyanyi.
Saat senja berlalu, kucari dirimu
Karena ku selalu senang bersamamu
Ketika saya tersenyum, ia bergerak semakin dekat, menari-nari di sekitar saya, menerbitkan rasa senang yang magis, hanya dengan rangkaian nada dan kata yang sederhana.
Hingga pagi pun mau, bila oh denganmu
Karena ku selalu senang bersamamu
“Siapa nama kamu?” sapa saya.
“Senang Bersamamu,” sahutnya.
“Hahaha … bukan itu. Nama kamu siapa, nama aku Dea. Aku juga senang bersamamu,” kata saya lagi. Saya pikir ia tidak memahami pertanyaan saya.
“Iya, Dea, namaku ‘Senang Bersamamu’. Aku adalah lagu yang selalu senang bersama siapapun.”
Senang Bersamamu jauh dari puitis. Cara bertuturnya tulus, jernih, dan apa adanya. Kalimatnya tidak rumit dan berulang-ulang seperti mantra. Mungkin itulah yang membuatnya terasa magis. Meski berat dan rendah, bas dalam Senang Bersamamu-pun tidak membebani siapa-siapa. Ia justru terasa dinamis ditingkah nadanya yang melompat-lompat lincah dan jenaka. Saya jadi suka dan ikut senang bersamanya.
Apa mungkin diriku tanpamu?
Rasanya semu
Tiba-tiba saya tersadar. Saya yang seharusnya sedang menunggu angkot terlalu asyik bermain dengan Senang Bersamamu. Jika angkot yang biasa saya tumpangi akhirnya datang, haruskah saya meninggalkan Senang Bersamamu di sana, ditelan suara kota, waktu, dan langit yang menggelap?
Sejenak kemudian, angkot Lembang datang dan berhenti persis di depan saya. “Lembang, Neng, kosong,” tawar sang supir. Maka, saya masuk ke dalam angkot. Senang Bersamamu berhenti menyanyi dan menari-nari. Belum-belum saya sudah merasa rindu. Saya ingin membawa Senang Bersamamu pulang karena saya merasa senang bersamanya.
Tetapi tiba-tiba suara gitar Senang Bersamamu terdengar sayup mendekat. Saya menajamkan telinga dan kembali merasa senang.
Apa mungkin diriku tanpamu?
Kurasa kaupun ragu.
Saya menggoyangkan kepala saya ke kiri dan ke kanan sepanjang perjalanan pulang. Senang Bersamamu ada di sisi saya dan saya bernyanyi-nyanyi bersamanya. Mengganda-gandakan rasa senang untuk menumbuhkan kebahagiaan.
Teman saya yang satu itu selalu datang dengan langkah yang ringan dan menyenangkan, nyaris seperti terbang. Keringanannya meniup segala suara di sekitarnya, terutama yang sumbang dan sendu. Ia sederhana. Tanpa pretensi. Tak berbunga-bunga, namun mempunyai semangat musim semi yang justru dapat menumbuhkan bunga-bunga.
Mungkin pada suatu hari nanti, ia akan menghampirimu juga. Percayalah. Tak hanya bersama saya, ia pun pasti akan senang bersamamu.
Sundea
Saya rasa, saya tidak perlu bercerita banyak mengenai Naif Band, band Indonesia yang secara konsisten mengusung gaya retro 70an. Senang Bersamamu adalah lagu baru yang ditambahkan dalam album “The Best of Naif” yang dirilis pada tahun 2005.
Komentar