Empat Nyanyian dari Paruh Waktu

Semacam review EP Di Paruh Waktu –Banda Neira

cover ep 2 Sela ada di antara dua orang yang berdamping, namun tak terlalu rapat. Karena kekosongan pun bukan sesuatu yang bebas muatan, selalu ada yang tersisip di sela-sela itu; menghubungkan atau memisahkan.

Di sela Ananda Badudu dan Rara Sekar, ada wangi rempah-rempah, pesona warna-warna natural, dan kekayaan emosi yang menyertainya. Mereka mengolahnya menjadi Di Paruh Waktu, seekor burung mungil berparuh waktu. Burung itu dapat mengganda-gandakan diri dan terbang ke mana saja tanpa target, menyanyikan empat lagu wangi rempah berpesona natural.

Pada suatu sore, ketika rumah saya sedang sepi-sepinya dan hati saya sedang sendu-sendunya, Di Paruh Waktu datang entah dari mana. Ia bertengger begitu saja di atas layar laptop saya kemudian menyanyikan “Kau Keluhkan”,



Kau keluhkan, awan hitam yang menggulung tiada surutnya
Kau keluhkan, dingin malam yang menusuk hingga ke tulang
Hawa ini kau benci, dan kau inginkan tuk segera pergi
Berdiri angkat kaki, tiada raut riangmu di muka ….

Nada dan liriknya sendu, tetapi iramanya yang lincah dan ringan seperti tuas yang mengungkitnya. Ketika Di Paruh Waktu menyanyi, ada semacam sensasi bermain jungkat-jungkit yang menggelitik. Mau tak mau saya tersenyum.

“Aku Di Paruh Waktu,” burung itu memperkenalkan diri.
“Dea tahu,” sahut saya, “dan kamu datang ‘di tepat waktu’.”

Alam utuh dengan kesederhanaan empat unsurnya: api-tanah-air-udara. Dengan keempat lagunya, “Di Atas Kapal Kertas”, “Ke Entah Berantah”, “Rindu”, dan “Kau Keluhkan”, burung mungil Di Paruh Waktu pun hadir seutuhnya tanpa melewatkan apa-apa. Ia sederhana namun mencakup segalanya. Alam adalah sesuatu yang maha besar, namun tak pernah terlalu besar untuk memasuki kita. Saya menghirup nyanyian Di Paruh Waktu. Harum rempah-rempah dan kesejukan natural mengalir ke dalam jantung saya, masuk ke dalam rongga tempat segala yang saya hela bersirkulasi.

Hanya ada gitar dan vokal laki-laki dan perempuan dalam keempat lagu Di Paruh Waktu. Lirik yang puitis namun tidak mengintimidasi, membuat kita dapat mencecap kenikmatannya apa adanya saja. Dalam “Ke Entah Berantah” misalnya:

Dan kawan bawaku tersesat ke Entah Berantah
Tersaru antara nikmat atau lara
Berpeganglah erat, bersiap terhempas
ke tanda tanya …

… kita dapat mensyukuri kelezatan masakan berbumbu rempah tanpa harus bisa memasak juga, bukan?

“Bagaimana rasanya sekarang?” tanya Di Paruh Waktu setelah menyanyikan lagu-lagunya beberapa kali.
Saya hanya tersenyum.
“Aku pergi lagi, ya, sampai bertemu di lain waktu,” pamit Di Paruh Waktu seraya mengibaskan sayapnya.

Sejenak kemudian Di Paruh Waktu menghilang seperti asap yang lebur di udara. Jejaknya tak terlihat, namun karena saya sudah sempat menghirup nyanyiannya, saya tahu ada yang tinggal.

Sendu dan sepi tidak lantas terbunuh. Namun Di Paruh Waktu membuat saya dapat lebih memahaminya. Memahami adalah cara terbaik untuk berdamai dengan apa saja dan mengolahnya menjadi sesuatu yang baik. Moga-moga tulisan kecil ini salah satunya …

Di Paruh Waktu adalah burung mungil yang hadir dari segala sesuatu yang ada di sela-sela Ananda Badudu dan Rara Sekar. Sebagai pemisah atau penghubung? Jawabannya relatif.

Setelah Di Paruh Waktu terbang entah ke mana, saya jadi bertanya-tanya. Jika paruh burung itu terbuat dari waktu, kira-kira terbuat dari apakah sayap yang memungkinkannya terbang ke mana-mana?

Sundea

 cover epBanda Neira adalah duo Ananda Badudu dan Rara Sekar. Ananda Badudu adalah wartawan Tempo yang bermukim di Jakarta dan Rara Sekar adalah aktivis yang kini bekerja di Bali. Di Paruh Waktu adalah karya yang mereka garap di sela-sela kesibukan mereka. Awalnya iseng-iseng belaka, namun tak disangka mendapat sambutan baik dari teman-teman pendengar musik. EP Di Paruh Waktu dapat kau unduh gratis di sini.  Follow juga twitter mereka @dibandaneira

Komentar

Anonim mengatakan…
"Memahami adalah cara terbaik untuk berdamai dengan apa saja dan mengolahnya menjadi sesuatu yang baik". Kalimat ini boleh saya suka?

Salam
fuadfauji
salamatahari mengatakan…
Boleh dommms ... makasih, ya =)