-Semi Palar, Sabtu 29 September 2012-
Meet Up #10 Bincang Edukasi
“Kalau matahari itu mimpi dan air itu usaha kita, berarti mimpi dan usaha kita bisa bikin sesuatu tumbuh, ya, Kak …”
Kalimat itu diucapkan oleh seorang bocah kelas 4 SD. Amilia Agustin, remaja 16 tahun dari komunitas Go Zero Waste School, meneruskannya kepada hadirin Bincang Edukasi. Ada asupan positif dalam pernyataan itu. Maka, tumbuhlah semangat dan harapan di tengah peserta yang duduk bersila di balai rumah belajar Semi Palar siang itu.
Amilia Agustin |
Bincang Edukasi adalah wadah bagi orang-orang yang mempunyi passion di bidang pendidikan, untuk saling menguatkan dan memperluas jaringan. Edukasi dapat hadir dalam berbagai bentuk. Mulai dari pengarsipan budaya Indonesia secara digital, hingga olah tubuh dan rasa dalam teater. Meet up adalah pertemuan reguler Bincang Edukasi. Di sanalah konsep dan gerakan para pegiat didiskusikan bersama.
Siang itu empat sosok yang penuh semangat berpresentasi. Ada aktivis penanggulangan sampah Amilia Agustin, pengajar muda Ayu Kartika Dewi, pelaku teater Peri Sandi Huizche, dan Hokky Situngkir, peneliti dari Bandung FE Institute. Sejak SLTP, sepulang sekolah, Amilia yang kini baru berusia 16 tahun sudah aktif membantu mamang-mamang memilah sampah bersama teman-temannya. “Sebenernya kan sama aja. Kalau temen-temen yang lain pulang sekolah main, kita main juga,” ujar Ami.
Ayu Kartika Dewi |
Lain lagi dengan Ayu Kartika Dewi. Dengan Open Government Indonesia-nya, ia mendorong inisiatif semangat pelayanan publik dengan bentuk perlombaan antar unit layanan publik. “It takes two to tango, pemerintah maupun masyarakat,” ungkap Ayu. Open Government Indonesia diikuti oleh 62 unit layanan publik dari 34 Lembaga. Setelah melalui proses penilaian selama tiga bulan, akan dipilih 20 unit yang menunjukkan progres paling mengesankan. Hingga saat ini, Open Government Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang positif.
“Tetapi hati-hati, Sayang, ini semangatnya kompetisi. Jangan terpukau. Dalam kompetisi ada semangat saling mencerca dan bisa lupa bahwa yang terpenting adalah kejujuran,” Pak Wawan, salah satu peserta Meet Up hari itu memperingatkan Ayu.
Pak Wawan |
Presentasi paling meriah dibawakan oleh Kang Peri dari teater Celah-celah Langit. “Teater itu lahir dari masyarakat, jadi jangan sampai mengalienasi masyarakat,” Kang Peri membuka presentasinya. Ia lalu mengajak segenap peserta untuk berteater bersama. Caranya seperti bermain-main saja, misalnya beberapa peserta diajak berdialog hanya dengan kata “ya” dan “tidak”. Di akhir presentasinya, Kang Peri membagi peserta dalam tiga kelompok. Tiap kelompok diminta memilih salah satu suara yang menenangkan, kemudian mengiringinya mendongeng secara ekspresif. Seru sekali bukan?
Meet Up hari itu berakhir siang hari. Langit mendung, tetapi matahari di dalam hati masing-masing peserta bersinar terang. Saling berbagi semangat untuk berbuat sesuatu, adalah cara paling efektif untuk percaya bahwa kebaikan tak pernah kehabisan nafasnya. Di manapun dan kapanpun.
Jangan ragu mampir ke www.bincangedukasi.com atau follow twitter @bincangedukasi. Tunggu Meet Up Bincang Edukasi selanjutnya, dan jangan ragu-ragu untuk hadir.
Hujan turun rintik-rintik. Meski warna-warna yang melingkupi siang itu seperti luntur, percayalah bahwa di hati kita ada sederet warna yang tak bisa dilunturkan apa-apa ;)
Sundea
Komentar
Asupan positif bagi semua yang peduli pendidikan Indonesia