Siapakah Tina Mariana? Dia adalah seorang perempuan desa yang merantau ke kota dan rajin mengirimkan uang dalam jumlah besar kepada keluarganya di desa. Menurut bisik-bisik tetangga, Tina melacurkan diri. Sang suami yang cemas menyusulnya ke kota.
Dibantu sebuah program reality show, ia mencari istrinya tercinta. Dan ternyata istirinya adalah …
Adalah apa, Tin?
Pembantu rumah tangga.
Wow. Jadi beneran, nih, elu PRT yang udah bersuami dan punya anak-anak di desa?
Bukanlah. Gue udah kerja di salah satu perusahaan IT di Jakarta sekarang. Dulu gue ikutan reality show karena masih jadi pengangguran. Maksudnya sambil nunggu panggilan kerja.
Gimana awalnya lo bisa ikutan main reality show ?
Awalnya gue cuma iseng aja. Karena waktu itu gue BT nungguin panggilan kerja tak datang-datang, jadinya gue iseng ikutan gabung di salah satu agency. Dari agency, gue ikutan shooting jadi figuran di beberapa sinetron. Di antaranya “Cinta Fitri 3” di SCTV, “Alisa” di RCTI, “Warkop” di Indosiar, dan “Ta’aruf” di TPI. Terus di layar lebar film “Heartbreak.com”. Setelah itu gue ikutan casting beberapa reality show. Akhirnya yang bisa nyangkut cuma satu , yakni “Mata-Mata” di RCTI.
Di “Mata-Mata” honornya berapa, Tin?
Dua ratus lima puluh ribu.
Apa yang lu anggep seru dari shooting itu?
Di sana kita bisa dapat teman dan pengalaman baru.
Lama nggak, sih, shootingnya?
Shootingnya sendiri makan waktu sehari. Itu juga cuma beberapa jam aja. Lamanya shooting karena pengambilan lokasi aja.
Reality show itu seberapa banyak, sih, rekayasanya?
Setelah gue ikutan langsung di lapangan, ternyata reality show itu banyak polesannya. Memang alurnya berdasarkan realitas kehidupan, namun kalo gue liat banyak yang udah ditambahin. Kalo menurut gue, itu cerita fiksi semua.
Pernah nggak ada temen yang nonton lu di reality show terus ngenalin elu?
Pernah. Waktu gue ikutan acara “Mata-mata”. Pas dah ditanyangin, ada beberapa temen kuliah sama temen kosan gue yang liat.
Terus reaksi mereka gimana?
Mereka tau kalo itu gue, padahal dalam keseharian gue berkacamata, sewaktu shooting kacamata gue lepas. Awalnya gue mengelak kalo gue ikutan reality show. Tapi mereka nggak percaya. Akhirnya gue mengakui juga…
Wahahaha … apa yang bikin lo milih ikutan main reality show selama nunggu panggilan kerja, Tin?
Soalnya waktu kuliah dulu gue pernah ikutan teater. Ternyata ilmu teater gue terpakai sewaktu gue ikutan reality show.
Gimana, tuh, penerapannya?
Di acara tersebut, gue nggak menghafal skrip. Skrip baru dikasih sama astrada (asisten sutradara)-nya sewaktu gue udah sampe di lokasi. Jadi gue hafal skripnya setelah di lokasi. Nggak ada tuh yang namanya menghafal skrip sehari sebelumnya. Kalo akhirnya ada yang kelupaan, biasanya akan diingatkan oleh sutradara ato gue improvisasi sendiri.
Last question. Menurut lo reality itu apa, sih?
Reality itu adalah realita. Namun reality show yang ada sekarang ini sudah tidak bisa dikategorikan sebagai realita lagi.
Bagaimana maksudnya? Kalimat penutup dari Tina Dea serahkan kepada teman-teman sekalian untuk dicerna dalam realitas yang teman-teman kenal secara pribadi.
Dear Reality Show, what kind of reality are you showing indeed … ?
Sundea
Komentar