“Do not cross the police line!”
Kalimat itu tersampir di bahu si kembar Jidan dan Jihan. Sepulang sekolah, mereka berdua masuk ke dalam angkot sambil tertawa-tawa riang. Jidan duduk di kursi artis yang berpunggungan dengan kursi supir, sementara Jihan duduk menghadap ke pintu. Mereka mengobrolkan hal-hal yang tidak saya mengerti, hal-hal yang mungkin hanya dimengerti sepasang saudara kembar.
Seorang bapak naik ke dalam angkot. Supaya mudah, Jidan pindah duduk sejajar dengan Jihan. Belum sampai Jidan duduk dengan nyaman, seorang ibu memasuki angkot berbondong-bondong dengan anak-anaknya. Angkot pun mendadak penuh sesak.
“Duduk aja, Bu, di mana aja. Sebentar lagi mereka turun,” kata si supir angkot sambil menatap Jidan dan Jihan dari spion.
Jidan dan Jihan menangkap tatapan supir angkot. Akhirnya Jidan memutuskan untuk berdiri dekat jendela belakang, berhadapan kembali dengan kursi artis yang pada awalnya ia duduki.
“Tah, iya, Jang, kitu, anak kecil harus ngalah sama orangtua,” cetus Si Ibu sambil mengambil alih tempat duduk Jidan, duduk merapat pada Jihan.
Jidan hanya tersenyum sepat.
Jidan terpisah dengan Jihan. Mereka tak lagi bisa mengobrol, hanya berpandang-pandangan penuh kode dari tempat yang agak berjauhan. Tetapi Jidan jadi berdiri lebih dekat dengan saya. Maka saya dapat mengajak Jidan mengobrol.
“Kamu kelas berapa?”
“Kelas 3, SD Lengkong.”
“Emang entar turun di mana?”
“Yogya Sunda.”
“Masih rada jauh, dong …”
“…”
Akhirnya angkot melintas di depan Yogya Sunda. Jidan dan Jihan turun di sana. Keduanya kembali bersama-sama. Berdiri di pinggir jalan sambil tertawa-tawa dan saling dorong. Sepertinya keduanya sedang menanti angkot berikutnya.
“Do not cross the police line”
Ada batas yang tak dapat dilampaui orang-orang di luar si kembar. Tas Jidan berwarna merah dan tas Jihan berwarna kuning. Bagi keduanya hanya berlaku dua rambu: berhenti dan hati-hati. Angkotlah yang berwarna hijau, terus berjalan meninggalkan mereka.
Saya sendiri adalah garis putus-putus di aspal abu-abu. Cerita tidak penting yang membuat saya senang ini menggelinding memintas saya, menuju halamanmu …
Sundea
Komentar