Seekor beruang bermotor tanpa helm, memintas perbatasan hutan.
“Sebentar lagi dia pasti ditangkap Om Kutilang,” batin Anak Beruang. Dan benar saja.
PRIIIITTTTT
“Hei, kamu! Iya, kamu! Kenapa naik motor tanpa helm? Berbahaya untuk keselamatanmu sendiri! Sini!” panggil Om Kutilang sambil mengisyaratkan beruang itu untuk segera menepi.
“Saya pakai helm, kok, lihat,” sahut si beruang seraya melepas kepalanya. Hah? Melepas kepalanya? Iya, melepas kepalanya.
Dari balik kepala beruang itu, menyembul kepala manusia. Om Kutilang tampak terkejut.
“Ini helm saya, Pak Polisi,” beruang itu menunjuk kepalanya sambil tersenyum ramah.
“Oh … baiklah. Kamu boleh jalan terus. Maaf, ya, saya belum pernah lihat makhluk seperti kamu,” kata Om Kutilang.
Beruang berhelm kepala itu tersenyum pengertian. Ia lalu kembali mengenakan kepalanya dan melanjutkan perjalanan.
Anak Beruang yang merasa tertarik mengikuti motornya dengan sepeda roda satu. Tidak sulit, karena beruang berhelm kepala itu melaju tak tergesa. Ia akhirnya berhenti di dekat pohon. Memarkir motornya, lalu duduk-duduk di rerumputan sambil menikmati sore. Anak Beruang memarkir sepedanya di sebelah motor, kemudian menghampiri si beruang yang baru saja menanggalkan kepalanya.
“Halo, aku Anak Beruang.”
“Oh, halo. Kamu lucu sekali. Ada apa?” sambut beruang berkepala helm itu.
“Nggak apa-apa. Cuma kepengen kenalan saja. Habis kamu unik. Sebetulnya kamu ini binatang apa, sih?” tanya Anak Beruang.
Beruang berkepala helm itu tergelak, “Aku manusia yang bekerja sebagai badut ulangtahun.”
“Badut ulangtahun?” tanya Anak Beruang.
Beruang berkepala helm yang ternyata adalah manusia dan badut ulangtahun itu menepuk-nepuk rumput, mengajak Anak Beruang duduk di sebelahnya.
Badut ulangtahun adalah teman yang menyenangkan. Ia punya sekumpulan trik sulap. Ia juga punya banyak cerita dan teka-teki yang lucu-lucu dan menyenangkan. Badut Ulangtahun sama sekali tidak susah disukai, apalagi oleh anak-anak.
“Apa rasanya menjadi badut ulangtahun?” tanya Anak Beruang.
“Rasanya adalah … selamat.”
“Selamat?”
“Iya. Selamat adalah doa yang baik. Ketika sering hadir di pesta-pesta ulangtahun, aku merasa ikut dilingkupi doa itu senantiasa.”
“Bagaimana rasanya … merasa selamat?”
Badut ulangtahun melirik burung-burung yang baru mendarat di ranting pohon.
Anak Beruang ikut meliriknya. “Apa artinya?” tanya Anak Beruang tidak mengerti.
Badut ulangtahun hanya tersenyum.
Sejenak kemudian, ia mengusap-usap kepala Anak Beruang dan muncullah permen cokelat, “Selamat, Anak Beruang, kamu dikarunia pabrik permen cokelat di kepalamu. Ini hasilnya,” kata Badut Ulangtahun sambil memberikan permen cokelat itu kepada Anak Beruang.
Anak Beruang tertawa.
Badut Ulangtahun tidak menguraikan dengan gamblang bagiamana perasaan selamat sebetulnya. Tetapi bermain dengannya membuat Anak Beruang cukup mengerti. Meski sederhana dan mendasar seperti insting binatang hutan dan anak-anak, rasa selamat tak mudah diuraikan. Ia hanya dimengerti oleh orang-orang istimewa. Mungkin karena itulah Badut Ulangtahun bisa berbahasa binatang dan ditakdirkan ada di antara anak-anak.
“Anak Beruang, aku harus pergi. Sebentar lagi ada anak yang harus kuberi selamat ulangtahun lagi,” pamit Badut Ulangtahun.
“Oh, baiklah,” sahut Anak Beruang.
“Tapi sebelumnyaaa …,” Badut Ulangtahun merogoh tasnya, “Ini. Selamat menikmati,” Badut Ulangtahun memberi Anak Beruang sekantung penuh penganan manis warna-warni.
“Apa ini?” tanya Anak Beruang dengan mata berbinar.
“Ini namanya goodie bag, biasanya dibagikan di pesta ulangtahun anak-anak,” ujar Badut Ulangtahun.
Anak Beruang menerima sambil memandangi kantung berisi kebahagiaan itu, “Terima kasih, Badut Ulangtahun, hari ini aku senang sekali …”
“Sama-sama,” Badut Ulangtahun tersenyum sambil sekali lagi mengusap-usap kepala Anak Beruang. Meski tak ada lagi permen coklat yang muncul dari sana, rasanya tetap menyenangkan.
Badut Ulangtahun kembali memasang kepalanya. “Selamat tinggal, Anak Beruang,” ucapnya.
“Kenapa bukan ‘sampai jumpa’ saja?” tanya Anak Beruang.
“Karena kita tidak akan bertemu lagi,” ujar Badut Ulangtahun.
Anak Beruang terkesiap.
“Tetapi kata ‘selamat’ pada ‘selamat tinggal’ membuat perpisahan ini tetap baik dan dilingkupi doa,” lanjut Badut Ulangtahun menenangkan.
Walau bagaimanapun, Anak Beruang tetap merasa sedih. Ia segera memeluk Badut Ulangtahun erat-erat, “Selamat jalan, Badut Ulangtahun, semoga selamat sampai tujuan …”
Motor Badut Ulangtahun melaju meninggalkan perbatasan hutan. Mungkin esok hari Badut Ulangtahun tidak lagi bisa berbahasa binatang. Mungkin ia sudah mengenakan kepala yang lain. Mungkin di jalan kota nanti ia akan menjadi manusia biasa tanpa baju beruang. Tidak bersulap. Tidak berbagi teka-teki dan cerita lucu.
Anak Beruang meraih helm batok kelapanya. Ada tempurung tambahan yang selalu menjaga keselamatan kepalanya jika ia terbentur sesuatu. Ia lalu mengayuh sepedanya pulang, menempuh arah yang berlawanan dengan Badut Ulangtahun.
Di perbatasan hutan, selamat datang dan selamat tinggal adalah Janus dengan dua muka …
cerita dan ilustrasi Sundea
Komentar
ayo terus berkarya ka dea :D