Pinsil Warna Bottlesmoker


Semacam review album Let’s Die Together

Let’s Die Together adalah merk pinsil warna milik Bottlesmoker, bocah laki-laki yang baru merayakan ulang tahunnya yang ke enam. Pada suatu sore, saya mendapati pinsil-pinsil itu berserakan di teras rumah saya. 

“Dasar anak-anak,” gumam saya seraya memunguti kedua belas pinsil warna tersebut. Bottlesmoker pasti sempat mampir ke rumah saya, menggambar-gambar, lalu terdistraksi oleh permainan lain yang lebih menarik. Saya mulai menyusun pinsil warna Bottlesmoker sesuai urutan … eh, tapi bagaimana mengurutkannya, ya ? Up the Creek without a Paddle yang bersih seperti warna putih jelas yang pertama. Tapi … selanjutnya pinsil yang mana ?



Let’s Die Together bukan pinsil warna biasa. Satu pinsil terdiri dari sebuah nuansa, bukan warna merah, hitam, kuning, atau warna-warna lain yang sudah umum kita kenal. Saya mengambil sembarang kertas, lalu mulai menorehkan pinsil warna yang paling menarik perhatian saya, Bubble Butterflies.

Bubble Butterflies adalah pinsil dengan nuansa menggemaskan. Saya mulai menggambar sekelompok kupu-kupu yang terkurung di dalam balon sabun. Pada awalnya mereka tampak kebingungan, menengok ke kanan dan ke kiri untuk mengenali situasi. Tetapi pada akhirnya mereka mulai menari-nari dengan riang meski dari dalam balon-balon sabun. Gerakan mereka seperti anak-anak TK. Sayap mereka mengepak-ngepak meski tak berfungsi, sebab sesungguhnya balon sabunlah yang membawa mereka terbang. Ah, lucu sekali.

Saya meletakkan Bubble Butterflies dan mulai memilih-milih pinsil yang lain. Hmmm … (((((ox))))) ? Saya meraih pinsil bernuansa unik tersebut dan mencoretkannya di kertas. Pada (((((ox))))) ada keriangan yang meriah sekaligus sederhana. Ada sesuatu yang konsisten seperti waktu dan melompat-lompat seperti pegas dalam pinsil tersebut. Suara anak-anak hadir dengan jelas meski tak ada yang berbahasa secara verbal. Saya tersenyum. “o” dan “x” kecil, huruf-huruf yang sering menjadi simbol dalam permainan-permainan kompetitif. Tanda kurung yang melindungi kedua huruf tersebut. Saya lalu mulai menggambar anak-anak bermain engklek di sebuah sore yang cerah.

Kendati begitu, kedua belas warna Let’s Die Together tak seluruhnya ceria. Ada 303 dan Like Ali Said in Munich yang lebih gelap. Ada pula Typography yang berkesan sedikit lebih formal karena cuplikan suara-suara orang dewasa yang sepertinya diambil dari berita dan film. Meski demikian, kedua belas nuansa Let’s Die Together tak lepas dari kesan bermain dan eksperimen yang menghasilkan warna-warna segar penuh kejutan. Saya pun sepertinya mengerti mengapa pinsil ini diberi merk Let’s Die Together. Setiap warna pokok harus rela mati sebagai dirinya lalu berbaur bersama warna-warna lain untuk menjadi nuansa. 

Satu jam kemudian, ketika matahari sudah sangat condong ke barat, Bottlesmoker datang. Saya langsung memanggilnya.

“Kamu dari mana, Bot ? Ini, lho, pinsil warnanya ketinggalan di teras Kakak …”
“Pinsilnya udah dipake, ya, Kak ?” Bottlesmoker balik bertanya sambil memandangi gambar saya.
“Euh … iya, nyobain dikit tadi. Maaf, ya …”
“Ya nggak apa-apa. Pinsil itu kan buat Kakak …”
“Hah ? Kok buat Kakak ?”
“Iya. Emang sengaja aku tinggal di sini, hadiah ulang tahun buat Kakak …”
“Yang ulang tahun kan kamu, bukan Kakak …”

Bottlesmoker tidak menjawab. Ia tersenyum. Bibirnya mungil, pipinya kemerahan, bulu matanya cokelat, dan matanya bening.

Ia adalah nuansa. Hidup membunuh pesonanya yang berdiri sendiri-sendiri pada sosok Bottlesmoker yang lugu dan penyayang …

Sundea

Buat Bottlesmoker yang child-like spirit-nya lovable sekali. Selamat ulangtaun, ya … ^_^


coverletsdie Bottlesmoker adalah kelompok musik yang terdiri dari duo Angkuy dan Nobie. Berangkat dari musik kamar, berjalan dengan child-like spirit dan semangat berbagi, Bottlesmoker tumbuh menjadi musisi yang diakui tak hanya di Indonesia tapi juga di mancanegara. Let’s Die Together adalah album yang diluncurkan bersamaan dengan perayaan ulang tahun Bottlesmoker yang ke-6. Penasaran ? Langsung unduh di sini.
Bottlesmoker dapat dikunjungi di sini

Komentar