“Oh … Kopral Jono, dikau sensasi gadis gunung dan kota …”
Di dalam sebuah lagu Kopral Jono membeku. Kisah yang hanya sepotong itu tak mengizinkannya menemukan gadis pujaan, berkeluarga, menjadi renta, lantas meninggal. Dalam tembang Kopral Jono yang dipopulerkan Henny Purwonegoro, Kopral Jono selamanya menjadi pemuda penuh pesona yang dipuja.
Dan seperti titisan, seorang pemuda serupa Kopral Jono hadir di dunia yang terus bergerak ini. Berawal dari video yang diunggah di situs Youtube, tak sampai seminggu ia terkenal di seluruh nusantara. Setiap hari wajahnya muncul berkali-kali di layar televisi. Acara-acara hiburan mengundangnya. Gadis-gadis histeris merubungnya. Tak berbeda dengan Kopral Jono, ia pun polisi belia yang belum tinggi pangkatnya. Seperti takdir, nama mereka pun seakan bersambung. Kopral Jono. Briptu Norman. Jonorman.
Ketika nama Briptu Norman Kamaru tiba-tiba mencuat, lagu Kopral Jono dengan sedikit penggantian variabel sangat tepat dijadikan soundtrack-nya.
“Oh... Briptu Norman, gadis mana yang tak kenal akan dikau
Oh … Briptu Norman, gadis mana yang tak rindu akan dikau
Gayamu yang perkasa mirip banget panglima
Ramah tamah-mu membikin gila hati wanita
O o o ... Briptu Norman
Briptu Norman, Briptu Norman, Briptu Norman
Oh...Briptu Norman, dikau buah tutur gadis nan remaja
Oh... Briptu Norman, dikau sensasi gadis gunung dan kota
Aksimu bung very good …”
Tetapi Briptu Norman bukan Kopral Jono. Ia tak diciptakan oleh lagu yang bersetia pada sebuah kisah, melainkan oleh api infotainment yang selamanya mencari percik sensasi. Setelah berita-berita ringan, lucu, dan menyenangkan yang terus diulang-ulang, infotainment (dan pemirsa sendiri tentunya) tampak mulai bosan. Kendati begitu, infotainment (dan pemirsa?) belum rela melepaskan Briptu Norman. Ia masih dijadikan tokoh utama dengan posisi yang kini berbalik. Ia yang semula tampil sebagai tokoh protagonis pujaan kemudian bergeser menjadi tokoh antagonis tercela. Berita baru merebak. Briptu Norman Kamaru didapati bermesraan dengan perempuan yang bukan kekasihnya.
Baik Kopral Jono maupun Briptu Norman bisa jadi bukan tokoh nyata. Mereka diciptakan. Dibingkai dalam sebuah agenda. Tetapi di luar bingkai, seorang Briptu Norman masih mempunyai kehidupan yang harus dijaga. Ia bergerak. Waktunya tidak serelatif waktu Kopral Jono.
Berpuluh tahun setelah Kopral Jono beku dalam lagu yang dipopulerkan Henny Purwonegoro, Panas Dalam mencairkannya kembali pada lagu yang lain. Saya akan mencupliknya sedikit untuk menutup artikel ini,
“ya kopral lindungilah kami
dari saling menguntuk O oh!”
dari saling menguntuk O oh!”
Sundea
Makasih banyak buat Muti dan Mercynathalia buat bantuan nyari lirik Kopral Jono =)
Komentar