Taman dan Kebun

 

Taman adalah wilayah relatif kecil dengan “penghuni” perangkat keras dan lunak yang saling mendukung. Umumnya mereka sengaja dibangun untuk menjaga keasrian. Mereka kerap hadir di kota-kota dan rumah-rumah, terpisah sekaligus menyatu dengan bangunan yang mengepung. Taman mengimbangi dominasi beton. Mengingatkan manusia kepada sesuatu yang harus dipelihara untuk tetap hidup, jauh di dalam diri mereka.

Bisa jadi taman pun hadir karena kerinduan manusia kota akan kebun. Kebun pun tumbuh di daerah permukiman, namun nyaris tak terpisah dengan bangunan yang melingkupinya. Pada wilayahnya yang relatif lebih luas, ditanam tumbuh-tumbuhan yang menjadi sumber penghidupan. Antara kebun dan manusia ada relasi yang lebih tidak formal. Berkebalikan dengan taman, kebun justru mendominasi beton-beton di sekelilingnya.

Posting-posting di Salamatahari edisi 68 ini bermain-main dengan istilah taman dan kebun. Ada Anak Beruang yang berkunjung ke Taman Binatang, review lagu What We Missed yang entah ber-setting kebun atau taman, obrolan mengenai bercocok tanam di Taman (Kanak-kanak) bersama Bu Yesy, Kepala Sekolah TKK Yahya, dan Sekolah Taman yang berpotensi meluas menjadi kebun.

Teman-teman, ingatkah kamu pada lagu anak-anak ini,

“Lihat kebunku, penuh dengan bunga ….”

Kebun atau taman …. ?

Selamat bercocok tanam, Teman-teman, sirami lahanmu dengan doa yang tak pernah sudah …

Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,

Sundea

Komentar

Nia Janiar mengatakan…
Bagi gue taman memiliki arti sebagai tempat manusia berkumpul dalam sebuah sesi yang sangat santai dan sangat nyaman. Yang tidak akan dikeluhkan jika ia memakai sendal jepit atau bahkan baju tidur.

Gue pikir, walaupun terkadang manusia individualistis, mereka butuh tempat semacam ini.
salamatahari mengatakan…
Setuju, Ni.

Makanya di kota-kota yang udah beton semua, taman musti ada dan diberdayakan, biar manusia bisa inget untuk terus "nafas" ;)