Dalam Sebuah Film Maha Kecil


Semacam review lagu What We Missed

Di atas daun, embun yang dicium matahari berkilauan seperti kristal. Kerlap-kerlipnya genit dan bening seperti mata gadis kecil. Saya yang pagi itu berencana senam pagi jadi terdistraksi. 

Alih-alih bersenam, saya malah berjinjit-jinjit menghampiri si daun. Entah tertahan oleh apa, si embun berhenti di ujung daun. Saya berjongkok. Mata hati saya menajam menonton film maha kecil di balik bening embun. 

Sinar matahari pagi yang menyentuh bumi berderap seperti langkah prajurit. Ia tak sedang maju berperang. Ia sedang berkomitmen untuk menjadi benderang sepanjang pagi. Di seluruh film ia memenuhi janjinya. Sinarnya yang menjelma strings section nyaris tak pernah absen dari balik nuansa apapun yang terbit bersamanya.



Burung berkicau, lalu terbang lagi entah ke mana. Samar terlihat bunga, rumput, dan pohon yang menghaturkan doa-doa seperti mantra. Kata-katanya, “hoya-hoya-hoya”, tak mengandung makna semantik. Tapi ketika dikumandangkan dari nada rendah ke tinggi, saya tahu ia dipanjatkan dengan harapan. Genta pun berayun penuh keyakinan. Berdentang mengafirmasi doa tersebut. Tiba-tiba matahari meredup.

*bening dan hening*

Sinar matahari kembali menyentuh bumi, berderap seperti langkah prajurit. Ia tahu pagi belum berakhir dan janjinya belum genap. Kali itu ia mengarahkan sorotnya ke depan sebuah jendela kamar.

Burung kembali berkicau. Seorang bocah laki-laki, namanya Tesla, baru saja bangun pagi. Ia menguap sejenak dan masih tampak terkantuk-kantuk. Pelan-pelan Tesla duduk di kusen jendela. Merespon nyanyian pagi dengan caranya sendiri. Ia menjadi bagian dari irama. Mulai menari, menari-nari, menari-nari, semakin merdeka, dan ….

*fade out*

Embun bergulir dari ujung daun, jatuh, disambut rumput, lalu menghilang cepat sekali. “What We Missed …?” gumam saya yang tahu-tahu merasa kehilangan jejak embun. Sedetik kemudian saya menyadari bahwa matahari sudah tinggi. Pagi baru saja berlalu dan saya positif batal melakukan Senam Kesegaran Jasmani 88 yang memang sudah ketinggalan zaman itu.

Paling tidak saya tidak melewatkan film maha kecil ber-setting taman tadi. Eh, tunggu dulu. Ber-setting taman atau ber-setting kebun ? Atau dari kebun pindah ke taman … ? I missed to catch it.

But anyway, I didn’t miss the best thing. Pada taman dan kebun yang disapa pagi, selalu ada kebaikan yang beririsan.

Sundea

Tesla Manaf Effendi adalah gitaris muda berbakat yang baru saja meluncurkan mini album “Dig This” bersama teman-temannya: Ivan Jonathan (keyboard), Gega Nesywara (bas) dan Dani Irjayana (drum). Tetapi What We Missed bukan salah satu lagu dalam album tersebut. Ini adalah teaser album Solo Tesla. Kunjungi Tesla di www.soundcloud.com/tesla-manaf-effendi dan unduh What We Missed di sini

Komentar