Pengantar Tidur untuk Matahari

-Potluck Library Café, 28 Desember 2010-

Jazz Blues Care 

Di antara para musisi yang tampil di acara Jazz Blues Care, Ami, Ari, dan Galang dipilih takdir untuk mempersembahkan musik pengantar tidur bagi matahari. Saya dipilih takdir untuk menceritakannya kepadamu. Pukul lima lewat sedikit, tepat ketika ketiga musisi tersebut siap beraksi, tibalah saya di Potluck Library Café untuk menjadi mata dan telinga. 

Hujan yang galak tidak berhasil menidurkan matahari. Setelah ia lelah marah-marah, matahari menyembul dari sela-sela awan dan membias tengil, “Aku belum tidur, lho … hihihihi … “ Hujan menyerah, lungkrah menjadi basah tanah. Sementara itu Ami Kurniawan trio terbit, menghaturkan empat lagu yang playful seperti matahari sore itu.

Lagu daydreaming “Someday My Prince Will Come” hadir sebagai lagu pertama. Soundtrack animasi klasik “Snow White” itu bercerita tentang harapan. Saya melirik matahari yang riang menanggapi biola, drum, dan bas yang berinteraksi atraktif di panggung hangat Potluck. Selanjutnya ketiga musisi kita membawakan tembang populer The Beatles, “Here There and Everywhere”. 

“Ini agak sesuai dengan judul acara hari ini, matahari, ‘Jazz Blues Care’. Karena care si aku lirik di lagu ini berusaha selalu dekat dengan yang terkasih, apapun bentuknya,” saya berbisik kepada matahari. 



“Aku juga begitu. Aku masih ingin ada di dekat kalian, makanya aku belum mau tidur sekarang meskipun hujan sudah marah-marah … hihihi …,” sahut matahari.
Saya ikut cekikikan menanggapi matahari.


Ami, Ari, dan Galang menutup penampilan mereka dengan sebuah lagu yang tak saya ketahui judulnya. Namun, secara mengejutkan lagu “Anak Kambing Saya” menyusup sebagai imrpovisasi. Penonton bertepuk tangan. Sementara itu ketiga musisi dengan jam terbang cukup tinggi tersebut tampak menikmati interaksi mereka layaknya anak-anak yang sedang bermain. Raya. Lepas. Melibatkan matahari tanpa paksaan hingga akhirnya matahari terkantuk-kantuk dan menidurkan dirinya sendiri ketika acara dihentikan sejenak untuk shalat.

“Selamat tidur matahari,” kata saya.
“Selamat tidur Dea, selamat tidur …hoooahm … hari ini dan Jazz zzzz ….”

Langit berangsur lelap dan menggelap. Matahari menitipkan cahayanya kepada lampion yang bergelantungan di panggung sahaja.

Ketika para penonton, kru, dan pengisi acara menunaikan ibadah shalat maghrib, saya menghampiri kotak kencleng yang terletak di meja depan Potluck. “Jazz Blues Care. Galang dana untuk korban bencana,” saya membaca tulisan yang tertempel di kotak. Jazz Blues Care adalah acara yang diselenggarakan oleh Klab Jazz yang bekerja sama dengan Bandung Blues Society, Potluck Library Café, dan Rumah Putih. Dilangsungkan selama beberapa minggu berturut-turut di Potluck, Jln. H.Wasid no.31, Bandung. 


Dengan bermusik, teman-teman kita ini membuktikan bahwa jarak tak membuat mereka harus absen hadir bagi saudara-saudara yang tertimpa bencana. Dengan bermusik, teman-teman kita ini membuktikan adanya harapan bagi korban bencana. “Here There and Everywhere” dan “Someday My Prince Will Come”.

Seperti hujan yang tak bisa menidurkan matahari, bencana tak bisa menidurkan cahaya. Pada saatnya, ketika harus beristirahat, cahaya akan beristirahat dengan sendirinya. Ia akan tidur diiringi lagu yang meninabobokan tanpa paksaan dan kembali bangun karena kala.

“Cha-cha Maricha Hey Hey, Cha-cha Maricha Hey-Hey, Cha-cha Maricha ada di Kampung Baru …”
Sejenak, beristirahatlah dari segala kelelahan hati dan pikiran akibat bencana, Teman-teman. Pada waktunya, kau akan terjaga di sebuah kampung yang baru …

Sundea

Komentar