SekilAstaga

“Hawp-hawp-hawp …hawp-hawp-hawp”
Ketika suara yang mirip gonggongan anjing bersalut nada beringsut di udara, saya spontan mempertajam pendengaran saya. Siapa ini?

“Begitu banyak rintangan yang harus dihadapi …”




coveralbum
“Astagaaaa … kamu ….,” sambut saya rindu. Sebuah lagu ceria dengan selera fashion warna-warni khas 80an datang menghampiri. Namanya “Astaga”. Ia adalah teman saya ketika anak-anak. Kata-katanya yang mudah dihafal, nadanya yang gampang diingat, dan kegembiraan drum listrik yang melompat-lompat di sepanjang lagu membuat ia menyenangkan untuk dinyanyikan lagi dan lagi.

“Apa kabar? Kayaknya kamu nggak tua-tua, ya …” ujar saya sambil mengamati teman saya itu dari ujung ke ujung. Meski atribut 80an masih ramai bergelantungan di seluruh tubuhnya, ia tidak terlalu basi untuk diajak bergaul lagi hari-hari ini. “Kamu yang tambah tua,” tanggapnya. Tahu-tahu “Astaga” melengkingkan nyanyiannya,

“Di belia usia, di masa yang paling indah, kau tampak tak bergairah …”
Lengkingan spontan “Astaga” seperti tinjuan yang tak sempat saya tangkis. Belia usia. Tidak sebelia ketika Taman Kanak-kanak tentunya, masa ketika saya mengenal “Astaga” untuk pertama kalinya dan mengajaknya bernyanyi bersama sambil menonton acara Selekta Pop dan Album Minggu TVRI atau sambil dikejar-kejar untuk makan, membuat PR, mandi, dan tidur. Dibanding di masa TK, tentu sekarang ini saya lebih utuh memiliki hidup saya sendiri. Sementara “Astaga” tetap sebuah lagu yang dimiliki oleh siapapun yang meletakannya dalam konteks. Saya tersenyum malu sekaligus geli mengenangnya. 

“Astaga, apa yang sedang terjadi …”

“Yang sedang terjadi adalah, kamu bertemu lagi dengan saya. Cerita kamu sampai dengan cara berbeda sekarang,” ujar saya. Setelah itu “Astaga” dan saya bernyanyi-nyanyi berdua. Sambil menghentakkan kaki, menari-nari, bersiul-siul, dan berkenalan lebih dekat dengan melodi gitar listrik yang berfungsi sebagai bridge dalam lagu. Saya menikmatinya lebih daripada sekidar nostalgia.

“Astaga hendak ke mana semua ini …”

“Astaga”, kamu tak perlu tahu. Mengalun saja sebagai lagu, kami yang akan mencari 
Sundea

Komentar