Mengunyah Renyah Baby Eats Crackers di Kolong Sunken Court

Setelah absen beberapa hari, hujan turun kembali. Dua dari antara lima personil Baby Eats Crackers, pacar salah satu personil, dan Sundea, berlindung di bawah tangga Sunken Court ITB. Di tengah kegelapan dan cuaca dingin itu, obrolan yang benderang dan hangat justru mengalir menyenangkan. 

Psst … mirip biskuit apa kelima personil Baby Eats Crackers? Jawabannya hanya ada di Salamatahari edisi ini … ;)




Oke. Perkenalan dulu. Siapa aja, sih, anggota Baby Eats Crackers?
Ay: aku lead vocal dan glocken spiel, Rangga vocal dan gitar, Ken gitar, Aryo drummer, sama Pierre bassist.

Kalian kebentuknya gimana?
Ay: Pertamanya cuma berdua, aku sama Rangga. Terus Rangga ngerasa garing, lagian dia ngerasa susah juga nyanyi sambil main gitar, jadi kita butuh gitaris lagi, Ken, sama yang main jimbe, Aryo. Terus kita ikut lomba yang hadiahnya dua juta dan tur bareng Mocca. Kita menang, juara satu. Abis itu Oom Rico (gitaris Mocca), nyuruh kita coba pake bas dan drum biar lebih penuh. Jadinya ada Pierre di bas dan Aryo di drum. Kita ini anak-anaknya Oom Rico. Dia tau kita dari awal sampai sekarang. Dia juga pernah meproduseri kita.

Soal nama, kenapa Baby Eats Crackers?
Ken: Pertamanya Ay nelpon Rangga, waktu itu (anggotanya) baru berdua. Terus mereka pengen nama yang S-P-O-K. Rangga bilang, “yah semacam-macam Baby Eats Crackers-lah …” abis itu Ay bilang, “Ya udah, itu aja …” . Ya udah, jadi itu namanya.

Hahaha … udah, begitu doang? Kocak banget. Nah, ngomong-ngomong soal crackers, coba, deh, kalian ibaratin diri kalian masing-masing sebagai crackers ...
Ay: Apa, ya? Oh, kalau saya itu Lemonia Cookies. Agak asem-asem segar dan ceria-ceria gitu. Harganya juga cuma tiga ribu lima ratus, gampang diraih.

Ken: Kalau saya … mungkin Oreo. Karena diputar, dijilat, dan dicelupin, dan gua suka susu.

Personil yang lain kayak crackers apa? Berhubung mereka belum dateng, mereka harus terima kalian samain sama crackers apapun … hehehehe …
Ken: Kalo Aryo, tuuuh … kue Marie. Soalnya dia konservatif, tapi kalau dicelupin ke teh jadi lembek.

Ay: Hahaha … kalau Pierre … (berpikir) Rangga dululah …

Ken: Gua tau! Rangga Biskuat karena dia macan. Maung Bandung bangetlah …

Ay: Iya, iya, eta pisan. Jadi para wanita, hati-hatilah sama Rangga. Kalau Pierre … Farley’s. Soalnya dia tinggi kalori, susah digigit, padahal buat anak bayi. Pierre itu anak-anak banget, deh …

Kalau musik kalian ibarat makanan apa?
Ay: Jajan pasar. Dia kecil-kecil gitu, ada yang manis, ada yang gurih dan dibuatnya pake tangan. Kita kan akustikan. Terus sebenernya orang di Baby Eats Crackers nggak ada yang sama, jadi kalau diliat lagu kita beda-beda nuansanya. Benang merahnya, sangat ringan, terus dibalut oleh keceriaan.

Asik. Ngomong-ngomong, katanya kalian mau bikin mini album, ya? Cerita, dong …
Ken: Sebenernya awalnya karena kita nggak kepengen hilang begitu aja. 

Ay: Kita kan nggak punya bukti fisik gitu. Kita kayak mitos aja. Orang cuma tau dari pernah liat manggung di mana-manggung di mana. Jadi kita bikin mini album. Sebenernya ini sebagai awal aja. Ngerjainnya juga kitakita.com banget, email-emailan (anggota Baby Eats Crackers tinggal di kota yang berbeda). Video klipnya juga kolaborasi antara kita sama LFM. LFM itu … (menengok ke arah Aryo yang baru datang) 

Aryo: Lupa Fakultas Mana … bukan, deng … Liga Film Mahasiswa. Itu unit kegiatan mahasiswa yang mengkhususkan di bidang fotografi, videografi, dan resensi film. Adi (manager Baby Eats Crackers) itu dedengkot LFM. Kita syutingnya lima hari dan dilakukan setiap minggu.

Ay: Itu cuma dengan kamera LSR, nggak pake lighting, pokoknya kitakita.com banget, deh. Wardrobe-nya dari temen kita, Mbak Astrid, anak Seni Rupa ITB. Modelnya Egi Cherry Bombshell. Make-up-nya Mega Angsa Serigala. Karakter-karakter sama merchandise-nya Tio. Karena terbelit utang, bayarannya saya harus jadian sama Tio … hehehe … (melirik sang pacar yang setia menyalakan lampu handphone untuk menghalau gelap di bawah tangga).


Hahahaha … kapan rencananya mini album kalian rilis?
Ay: Tanggal 24 ini (Oktober) kita (menyanyikan lagu salah satu iklan multivitamin) siap actioooon …

Sekarang tentang lagu yang dijagoin, ya, “Kissh-Kissh”. Apa cerita yang ada di baliknya dan kenapa lagu itu?
Ay: Soalnya itu lagu pertama yang kita bikin. Bikinnya cuma sepuluh menitan. Menceritakan tentang anak arsitek yang kalo kuliah studio nggak boleh keluar dari jam sembilan sampai jam 5 sore. Terus betapa menyenangkannya keluar sore-sore pas mataharinya cerah, terus lagi naksir-naksiran sama … ada deh Si Pria Kissh-Kissh ini … malu ceritanya.

Dia? (menunjuk Tio)
Ay: Bukaaan … belum kenal waktu itu.

“Kissh-kissh” ini kan dibikin sampe tiga versi di album kalian. Yang satu emang versi kalian, satu lagi versi bareng Bottlesmoker, satunya lagi cuma piano. Kenapa sampe tiga?
Aryo: Sebetulnya lagu ini banyak versinya.

Ken: Oh, iya, ada yang waltz, versi ¾ …

Ay: Ada juga versi Pantura Mix, lagi dibikin sama Egi Cherry Bombshell …

Aryo: Tapi yang lain mah kayak hereuy (bercanda). Kalau yang tiga ini … gini. Jadi kebetulan Si Ay deket sama temen-temen dari Bottlesmoker, jadi dibikininlah “Kissh-kissh” versi kolaborasi sama Bottlesmoker. Terus bassist kita, Pierre, suka bereksperimen, dia mikir kayaknya bagus dibikin versi yang lebih pelan. Kita juga punya versi yang nggak dimainin. Yang … ya kalo lagi nggak dimainin aja …

*krik-krik-krik*

Wokeh. Rencananya album kalian mau disebar ke mana aja?
Ay: Di seluruh nusantara. Order online, di LFM, officialnya ditaro di Tokema (koperasi) ITB. Keren banget kan officialnya di koperasi mahasiswa?

Hahaha … Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi pasti bangga sama kalian. Eh … ato Bung Hatti sebagai Bapak Koperasa, niiih … ?

*krik-krik-krik*

Baiklah. Lanjut. Selain di Koperasi mau disebar ke mana lagi?
Ay: Nanti dikasih tau lagi, banyak soalnya …

Oke. Last question, apa pendapat kalian tentang Salamatahari?
Ay: Menyenangkan. Kirain anak-anak banget, taunya dalem, menenangkan hati, seperti hujan malam ini …

Wah, bisa jadi lagu lagi, deh, tuh …
Ay, Ken, Aryo (hampir bareng): Eh, bikin lagu, yuk, sekarang …

Sambil menunggu hujan berhenti, Baby Eats Crackers dan Dea berkolaborasi membuat lagu. Sundea membuat liriknya secara spontan, teman-teman dari Baby Eats Crackers menyesuaikannya dengan musik, lalu Ken merekam lagu itu dengan alat rekam seadanya. “Nanti ini bisa diaplot juga di Salamatahari?” tanya Ay. “Bisa, asal bisa dibikinin file MP3-nya …”

Teman-teman, ingin mendengar lagu impulsif kami? Tunggu zine-zine-an offline Salamatahari edisi 45 dan jangan lewatkan untuk mengunduhnya, ya…

Sundea

Komentar