Di tengah maraknya selera pasar, terselip Permata Yudha. Lelaki asal Padang yang kini berdomisili di Jakarta itu justru ingin menciptakan pasarnya sendiri. Merintis clothing line Johnny Zebra, bersetia pada idealisme, sekaligus berdagang.
Inilah obrolan Sundea dengan pria Taurus yang sempat tinggal di Bali selama beberapa tahun tersebut …
Halo, Yudh … cerita dikit, dong, tentang Johnny Zebra-nya. Terus kenapa, sih, namanya musti “Johnny Zebra”?
Sebelumnya gua pernah denger nama “JONI ZEBRA”. Kebetulan itu nama bandnya temen gue, Si Dede (salah satu penggerak website wastedrockers). Johnny Zebra itu mmm … apa, ya? Nama Johnny itu adalah nama yang sangat umum, dari orang-orang biasa sampe orang-orang terkenal yang jadi legend juga ada yang namanya Johnny. Mulai dari Johnny Cash, Johnny Ramone, sebut aja Johnny Knoxville, Johnny Indo, dan Johnny Walker. Dan Zebra … menurut Wikipedia artinya Wild Ass, asal kata Zevra. Jadi kesimpulannya, Johnny Zebra itu famous, wild, urakan, dan … simple layaknya seorang rocker sejati. Abis itu pacar gue buat Johnny Zebra yang woman line-nya, namanya Lily Zebra.
Wow … sooo … sweet, hehehehe …sampai sejauh ini, gimana prospeknya?
Setaun lebih keuntungannya sudah sangat memuaskan dan sudah banyak yang kenal brand ini di dalam maupun luar negeri. Prospeknya juga positif semua. Itu udah lebih dari cukup untuk yakin dengan prospek brand ini ke depannya.
Terus gimana dengan selera pasar?
Wah, ga tau, tuh. Mungkin selera pasar itu seperti yang dipake penonton di acara DAHSYAT atau anak-anak band emo. Tapi gue, sih, berusaha membentuk “pasar” gue sendiri. Biarpun kecil dan terbatas tapi itu lebih menyenangkan. Menurut gue identitas sebuah brand itu lebih penting daripada sebuah pasar. Sadly, pasar memiliki kemampuan untuk mengubah sebuah identitas. I won’t let it happen on me …
Nah, terus kalo pendapat lo tentang “s” di tengah kata “pasar”?
Kalo diganti “c” jadi “pacar”. Lebih enak nguber-nguber “pacar” daripada “pasar”.
Hahahaha … sekarang masalah kesukuan nih. Lu kan orang Padang. Katanya rata-rata orang Padang udah punya darah berdagang dari sononya. Menurut lo gimana?
Hahaha … banyak, sih, yang bilang gitu, tapi … nggaklah. Karena tradisi merantaunya kali, yah, dan rata-rata mereka yang merantau nggak bawa bekal pendidikan apa-apa kecuali modal usaha. Jadi … ya udah, mau ga mau modalnya itu harus diputerin dan yang paling memungkinkan jadi pedagang. Abis gue belum pernah nemuin orang yang merantau untuk jadi arsitek, atau dokter, atau jadi dokter spesialis kelamin.
Hehehehe … sekarang pertanyaan yang agak mengkol. Kan Salamatahari edisi ini terbitnya persis tanggal 30 September. Apa pendapat lu tentang G30SPKI?
G30S PKI ya.. yang pasti, gue selalu merasa ada sesuatu yang aneh dengan sejarah kita yang satu ini, seperti ada suatu skenario yang besar di belakangnya. Apa dan siapa itu? Gue ga terlalu perduli sih.. satu-satunya yang gue sesalkan adalah diskriminasi terhadap mereka keluarga para anggota PKI dangan label “X- PKI” secara langsung maupun tidak. Bodoh aja sih, kaya memelihara borok sendiri, hehehe…
Ok. Sekarang balik lagi ke Johnny Zebra. Silakan promosi seabis-abisnya di sini …
K’lo lo ngaku yang paling gaul, funky, keren dan eksisss… JANGAN BELI JOHNNY ZEBRA!!! =D
Untuk saat ini Johnny Zebra bisa didapetin di :
Bali : Tenfour shop, seminyak.
Jakarta : Noin Brand, Tebet / Crooz, duren tiga .
follow us on twitter @JohnnyZebra_
follow us on twitter @JohnnyZebra_
Facebook, Johnny Zebra
See u there =)
Sip. Sukses, ya, Yudh, semoga zebranya berkembang biak membabi buta … hehehe …
Bagaimana, Teman-teman? Tertarik men-Johnny Zebra? Karena ini edisi “pasar”, Salamatahari menghadirkan sedikit gambar produknya untuk kau intip …:
Sundea
Komentar