“Wow, ada Tuhan !”
“Mana ?”
“Itu …,” Dea nunjuk kresek item yang digantung di bilah ringkih tinggi di Jendela Alam, “Kalo menurut aku, itu Tuhan. Dia ada di mana-mana, sederhana, dan bisa menjelma jadi apa aja” kata Dea ke Jessica, temen Dea yang kerja di Jendela Alam, “Oh, itu semacem gada-gada,” jelas Jessica sambil ikut ngeliatin Tuhan yang ngayun-ayun tanpa suara di pucuk bilah.
“Gada-gada itu apa ?”
“Gada-gada itu penunjuk arah angin. Liat, deh, kalau plastiknya ke sebelah situ, artinya arah anginnya ke situ,” tunjuk Jessica.
Sungguh Tuhan sekali. Dia jadi penunjuk arah atas sesuatu yang abstrak tapi bisa dirasa. Sesuatu yang sepertinya “begitu aja” tapi besar pengaruhnya untuk kegiatan di seputar Jendela Alam. Tuhan ada di tempat tinggi, ngawasin semuanya, tapi singasananya sederhana. Dia sendiri juga sederhana. Nggak pake mahkota, nggak pake baju kebesaran, nggak bawa tongkat berpermata. Warnanya item aja. Kontras sama langit yang biru muda.
“Ini Rocky, ibunya mati waktu ngelahirin dia,” kata Jessica sambil nunjukin anak kuda pony yang agak mirip onta dan matanya selalu sendu. Kata Jessica di Jendela Alam kita belajar bahasa Tuhan. Waktu liat Rocky Dea percaya. Soalnya dalem bahasa Tuhan hampir nggak ada tulisan, tapi nggak ada hal yang nggak bisa dibaca.
Meskipun udah keliling ke mana-mana, Dea tetep inget Tuhan. Waktu Dea tengadah nyari tau ke mana angin bertiup saat itu, Dea sadar angin lagi nggak bertiup ke arah Dea. Tapi nggak apa-apa, kok. Nanti-nanti ada gilirannya angin bertiup lagi ke Dea, ato lain waktu, bisa aja Dea yang berlari ke arah angin.
Tuhan mirip gada-gada yang nunjukin arah angin. Kalo diliat sekilas, Dia kesannya “ga ada-ga ada”. Tapi waktu Dea tengadah dan sedikit nyari, sebetulnya Dia keliatan dari mana-mana …
Sundea
Perhatikan gambar ini Coba cari di mana Tuhan … ^_^ |
Komentar
nice one Dea!
jd ingin bertandang lg ke jendela alam.. Da lama ga maen k sana!
^^