Stereotipe Jakarta membebat kepala ; panas, macet, materialistis, tidak ramah, tidak santai, berpolusi, keras, ….
Meski semua stereotipe itu ada benarnya, sesungguhnya Jakarta pun memiliki pesona dalam hal-hal sederhana yang mendiaminya ; pada kekocakan supir mikrolet, pada bel sepeda penjaja kopi keliling di Taman Menteng, pada kesadaran arif Mahel untuk membersihkan kaca jendela, pada excitement pengunjung atas kebermainan stand Kontemplacity di Pasar Festival …
Di dalam mall yang berdesakan memadati Jakarta, orang-orang bergandengan penuh kasih sayang.
Bus trans Jakarta pun selalu ramah mengingatkan para penumpang untuk berhati-hati.
Ragam manusia yang saya lihat di sana-sini membuat saya merasa minum jus aneka buah.
Dan pada kelelahan yang membungkus Jakarta, ada kemewahan dalam kata “istirahat”.
Selamat menemukan pesona Jakarta versi dirimu sendiri.
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,
Sundea
Jendela Bus Trans Jakarta |
Komentar
@RoemahKata : Hahaha ... Bandung& Malang lebih adem, ya ?
@Ndit : Krn bawahnya neraka, semacem api kompor gitu, makanya Tuhan bisa masak di kuali besi itu.
@Anonim : Hmmm ... seru juga. Kapan, ya ?
kapan2 kl kamu berjalan2 k sana, ajaklah saya! krn sampai skrg jkrt masih sgt saya jauhi utk t4 tinggal!
tp senang kata2 kemewahan istirahat!
kena bgt De! ^^
@ Lia : Yuk ! Entar kita jalan2 ngaco ke mana2, Li. Karena Jkt panas dan berdebu,pulang2 ke rumah rasanya enaaaak ... bgt selonjoran dan minum minuman dingin. Itu salah satu "kemewahan istirahat" yg gua maksud.