-Anomali Coffee, Selasa 29 Desember 2009-
“Someone to listen,
someone to laugh,
someone to cry at the right times…”
-Imaginary Friend, Chantal Kreviazuk-
“Mungkin, nggak, Salamatahari diterjemahin ke bahasa Arab ?” tanya Dea. Ndit, vokalis band KarnaTra sekaligus peramal gadungan, mengocok kartu. Dan hasilnya adalah … “Pasti, De …” JRENGJENG …
Ramal-ramalan absurd itu terus berlangsung hingga tahu-tahu Vai, adik Dea, pasang wajah serius. “Gue bisa ngeramal betulan, lho …” Ndit, Bryan, Puguh, Mumut, dan Dea yang duduk di seputar meja mendadak diam. Dengan gaya agak misterius tapi yakin, Vai menoleh pada Mumut. “Iya, itu… gue tau …” Ketika Vai membisikkan terawangannya pada Mumut, Mumut mendadak takjub. “Bener. Kok lo bisa tau, sih ?!”
Puguh dan Mumut membisiki Mama Vai |
Bukan hanya Mumut. Puguh, gitaris band KarnaTra sekaligus advokat yang pada awalnya tampak tak tertarik pada ramalan jadi mempercayai Mama Vai. Ia yang menurut Mama Vai mempunyai kotak yang selalu ditutup rapat-rapat, akhirnya membisikkan rahasianya pada Mama Vai. Bryan, manager band KarnaTra yang biasanya hobi curhat pun ternyata punya rahasia yang disimpan sendiri. “Lo juga nggak tau, Ndit,” kata Bryan pada sahabatnya. “Ada titik yang paling susah, pas gue udah nggak bisa cerita ke siapa-siapa lagi,” tandas Bryan.
Bryan dan jerawat kebanggaannya |
Malam itu telinga Mama Vai mengemas berragam rahasia. Berbagai hal yang selama ini disimpan teman-teman, tahu-tahu terungkap di akhir tahun. “Mungkin betul, gua butuh temen berbagi,” ungkap Puguh. “Sebetulnya yang paling berat bukan nggak ada temen untuk berbagi kesedihan. Tapi nggak tau mau berbagi ke siapa kalau ngalamin sesuatu yang seneng,” kata Ndit.
Lampu dan kamera CCTV yang terpaku di dinding sama-sama memandang ke jalan. “Liat, mereka aja punya temen berbagi !”
Samar, di antara bau kopi nusantara dan angin dingin yang meniup udara panas, Dea seperti mendengar suara kamera CCTV dan lampu berbisik-bisik.
“Eh, eh, lihat, apaan, tuh … ?”
“Sini, sini aku kasih cahaya biar bisa kelihatan lebih jelas …”
“Woah … ternyata itu. Keren, ya … aku frame dengan kameraku …”
“Sini, aku bantu kasih pencahayaan …”
Apa yang mereka lihat ? Rahasia. Bagaimana lampu dan kamera CCTV bisa berbisik-bisik ? Sederhana saja. Mereka adalah benda-benda yang berlokasi di “Anomali”.
Anomali Coffee terletak di Jalan Senopati No. 35 Kebayoran Baru – Jakarta. Menyediakan kopi-kopi nusantara seperti Kopi Aceh dan Kopi Toraja.
Sundea
Komentar
Makasih,ya ... Dea dan blog ini temen kamu juga, lho ...