Please Judge a Book by Its Cover

cover Pada suatu pagi buta, ketika saya sedang duduk-duduk di tepi telaga, sekeping CD berdiri di sebelah saya.

Ia biru. Sama birunya dengan langit di atas kami.

Ia dingin. Seperti udara pagi dan air yang saya sentuh dengan telapak kaki.

Ia sendu. Seperti matahari muda yang sedang saya akrabi.

Ia Danive. Terbilang pendiam. Mungkin baru bangun dan belum sempat menyikat gigi.

“Hai … situ CD musik kan ? Nyanyi, dong, biar pagi kita ceria …,”colek saya. Seperti tidak mempedulikan saya, Danive mendekat ke sisi telaga. Ketika ia memperhatikan bayangannya yang tak rata dialun permukaan air, nada-nada monoton ikut mengalun. Saya memeriksa perut saya sendiri, jangan-jangan itu bunyi perut saya yang belum diberi sarapan. Tapi … tidak, tidak. Mana ada perut keroncongan yang bening-bening melodik ?

“Biru” adalah lagu pertama yang dibawakan Danive. Sesuai tajuknya, lagu ini biru jernih. Melodinya sahaja, tapi berani seperti air yang berani menetes sendiri-sendiri. Guang-gaungnya memberi kesan kosong dan murni. Sementara ritme yang memelihara iramanya arif seperti langkah guru yang hendak berangkat mengajar. Saya menarik nafas, menghirupnya seperti menghirup udara bersih pagi itu.

Selanjutnya, Danive membawakan delapan lagu lagi. “Hari Ini”-“You”-“Save”-“Everyday”-“See”-“Langit”-“Hujan”-“Knives”. Ia seperti bercerita entah pada siapa. Bukan pada saya meski saya duduk di sebelahnya, bukan juga pada air telaga karena ia dan air telaga lebih seperti bercermin. Sesekali Danive bergumam ; kadang lumayan jelas, kadang tidak jelas,

“Going love you, going love you …” (You)

“Where do you want to go? Where do you want to go? I can't see you here …” (See)

“Say you along! Stay you along! Stab you! Kill you!” (Knives)

“It's another world to see where we are stay and belong to oh, life ….” (Everyday)

Danive tidak cerewet. Kata-kata yang hanya keluar hingga ambang tenggorokan, selalu ditelannya kembali. Namun ketidakcerewetan ini membuat kalimat-kalimat Danive lapang seperti biru langit pagi itu. Ya ! Lapang seperti biru langit pagi itu dan wajah Danive sendiri. Lalu biru lapang itu berceritapadasiapa ? Padasiapasaja.

Danive biru. Sama birunya dengan langit di atas kami.

Danive dingin. Seperti udara pagi dan air yang saya sentuh dengan telapak kaki.

Danive sendu. Seperti matahari muda yang sedang saya akrabi.

Ia terbilang pendiam. Bukan karena belum menyikat gigi, tapi karena pagi buta memang bersifat biru dan pendiam

Saya tengadah sambil mendekap diri saya sendiri. Langit tinggi dan dingin. Warananya biru gradasi. Ketika itulah Danive membawakan “Langit” ; denting piano di nada-nada tinggi, klintang-klinting mono-stereo yang terdengar seperti es yang diaduk di dalam gelas, bunyi tanpa jeda yang pekat tapi sepi.

Don’t judge a book by its cover … except for this one !

Danive ada di http://www.myspace.com/danivadanive

Komentar